Lihat ke Halaman Asli

Ira Nuraeni

Program Studi Ilmu Komunikasi || 23107030051

Nuansa Idul Adha: Mengapa Sate Menjadi Ikon Kuliner Idul Adha?

Diperbarui: 18 Juni 2024   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://jogja.tribunnews.com

Idul Adha, atau yang juga dikenal sebagai Hari Raya Qurban, adalah salah satu perayaan terbesar dalam agama Islam. Pada hari Raya Qurban, umat Muslim di seluruh dunia mengenang kesetiaan dan pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Ismail, atas perintah Allah SWT. 

Sebagai ganti Ismail, Allah kemudian menggantinya dengan seekor domba untuk dikurbankan. Tradisi ini dilanjutkan dengan menyembelih hewan qurban seperti sapi, kambing, atau domba setiap Idul Adha. Salah satu hidangan paling identik dengan perayaan ini di Indonesia adalah sate.

Pada momen Idul Adha, umat Muslim yang mampu diwajibkan untuk berkurban. Hewan-hewan yang disembelih menghasilkan daging segar dalam jumlah besar yang harus segera diolah. Menyate adalah salah satu cara yang efektif dan efisien untuk mengolah daging qurban. 

Potongan daging yang kecil-kecil memudahkan proses pemasakan dan penyajian dalam jumlah besar. Sate juga dapat diolah dengan cepat, sehingga sangat praktis untuk konsumsi bersama keluarga besar atau komunitas dalam waktu singkat.

Sate merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang sangat populer dan memiliki tempat istimewa dalam berbagai budaya di nusantara. Menyate pada saat Idul Adha menjadi kelanjutan dari tradisi kuliner yang telah ada sejak lama. 

Berbagai jenis sate, seperti sate ayam, sate kambing, dan sate sapi, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan dan acara kumpul-kumpul. Oleh karena itu, menyate pada saat Idul Adha tidak hanya menjadi kegiatan memasak, tetapi juga bagian dari tradisi yang menguatkan identitas budaya dan rasa kebersamaan. 

Menyate menawarkan kepraktisan dalam penyajian dan pengolahan daging qurban. Proses marinasi daging yang sederhana dan pembakaran yang relatif cepat membuat sate menjadi pilihan favorit. Kombinasi bumbu rempah yang meresap ke dalam daging serta aroma khas dari daging yang dibakar di atas arang memberikan cita rasa yang lezat dan menggugah selera. Inilah yang membuat sate menjadi hidangan yang selalu dinantikan pada saat Idul Adha.

Aktivitas menyate melibatkan banyak orang dan menciptakan suasana kebersamaan. Proses menusuk daging, mengolesi bumbu, dan membakar sate bersama-sama memberikan pengalaman sosial yang mendalam. Hal ini sesuai dengan esensi Idul Adha yang juga tentang kebersamaan, saling berbagi, dan merayakan kebahagiaan bersama. Berkumpul di sekitar panggangan sate, bercerita, dan menikmati hasil masakan bersama-sama memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan. 

Menyate pada saat Idul Adha bisa juga dilihat sebagai simbol kebersamaan dan perayaan. Berkumpul bersama keluarga dan teman untuk memasak dan menikmati sate menciptakan momen-momen kebersamaan yang berharga. Ini juga merupakan cara untuk menunjukkan rasa syukur dan merayakan berkah yang telah diberikan. Sate yang disajikan dan dinikmati bersama menjadi simbol dari semangat berbagi dan saling memberi, yang merupakan inti dari perayaan Idul Adha.

Sate menawarkan berbagai variasi dalam penyajiannya. Mulai dari sate ayam, sate kambing, hingga sate sapi, dengan beragam bumbu dan cara penyajian. Keanekaragaman ini memungkinkan setiap keluarga atau komunitas untuk memiliki sate versi mereka sendiri, menambah kekayaan budaya kuliner dalam perayaan Idul Adha. Dengan berbagai variasi ini, setiap orang bisa menikmati sate dengan cita rasa yang berbeda sesuai selera masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline