Meskipun hingga saat ini kondisi Kali Code di Yogyakarta sedang diterjang bencana lahar dingin Merapi, dan secara fisik belum sepenuhnya dapat dilihat hasilnya, tetapi proses menata (revitalisasi), terutama peran yang dimainkan komunitas , dapat dijadikan pembelajaran bagi pemerintah, LSM, media, dan masyarakat di DAS Citarum. Kompleksitas permasalahan Citarum, sebagaimana diekspose KOMPAS melalui Ekspedisi Citarum, hampir sama dengan Kali Code, dan ini sudah menjadi persoalan nasional, karena hampir seluruh sungai di Indonesia yang melintasi wilayah perkotaan (urban) selalu kumuh , mengalami degradasi kualitas lingkungan.
Sejak tahun 2001 kelompok-kelompok masyarakat yang menghuni bantaran Kali Code melakukan gerakan peduli Kali Code. Misalnya Gerakan Cinta Code di penggal Kali Code selatan wilayah Keparakan, Forum Masyarakat Code Utara (FMCU) di penggal utara wilayah Jetis, Forum Komunikasi Masyarakat Code Selatan (FKMCS) di Brontokusuman, Komunitas Romomangun di Kotabaru, dan Komunitas Pecinta Code (KOMPAC) di Blunyah. Pada umumnya kegiatan mereka hampir sama, yaitu bersih sampah sungai, penghijauan bantaran, tabur benih ikan dan mancing bersama. Pada tahun 2008 kelompok-kelompok ini berhimpun membentuk wadah koordinasi dan komunikasi bersama yang dinamakan Pemerti Kali Code. Pemerti, artinya penunggu, pemelihara. Dengan demikian kelompok-kelompokmasyarakat dan individu peduli ini telah mampu berjejaring dari hulu hingga hilir dan seberang sungai dalam radius kurang lebih 10 km panjang Kali Code. Melalui lembaga Pemerti Kali Code, kemudian bergabung para akademisi dari UGM, UII, Universitas Atmajaya , Universitas Teknologi Yogyakarta, dan instansi-instansi pemerintah daerah untuk mendukung berbagai macam kegiatan penyadaran, pendidikan lingkungan, gerakan-gerakan konservasi, dan usaha-usaha meraih dana-dana CSR perusahaan. Setiap tahun sekali paguyuban ini menggelar Upacara Adat Merti Code, yang bernuansa tradisional dan berfungsi sebagai media kampanye pelestarian Kali Code.
Tentu saja pemberdayaan masyarakat Citarum lebih berat dibanding Kali Code, karena jangkauan wilayah yang lebih luas, serta berada di wilayah administratif kota kabupaten yang lebih besar. Tetapi siapapun yang peduli pada pelestarian Citarum bisa memulai dalam kelompok kecil di perkampungan. Memamg diperlukan satu orang tokoh Citarum sebagai figur. Tokoh ini idealnya berasal dari masyarakat Citarum sendiri dimanapun ia tinggal, akan lebih baik kalau memiliki wawasan tentang ekologi sungai, keberanian berunding dengan aparat pemerintah, serta kecakapan negosiasi dengan akademisi perguruan tinggi. Berjejaring dengan sesama komunitas di seberang sungai, di hulu maupun yang di hilir mutlak diperlukan, karena gerakan pelestarian sungai harus dilakukan bersama-sama dari hulu, tengah maupun hilir. Pada prinsipnya semua elemen membutuhkan Sungai Citarum yang lestari, sehingga tidak perlu khawatir tidak mendapat dukungan.
Dengan segala keterbukaan dan senang hati, apabila diperlukan, teman-teman Citarum dapat bertandang ke Kali Code dan bersama-sama mewujudkan Citarum yang hijau, jernih airnya, serta menjadi habitat bagi segala makhluk hidup termasuk manusia. Salam dari Kali Code.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H