[caption id="attachment_182368" align="aligncenter" width="300" caption="Smart Card"][/caption]
“ Ranty, mau nglayap nggak? “ Tanya Nana teman sekamarku, yang baru pulang kerja sore itu.
Aku yang memang doyan sekali yang namanya nglayap, apalagi sambil jeprat-jepret, sudah pastilah aku mengiyakannya. Daripada tiap hari jadi penunggu kamar. Padahal aku sendiri belum tau kemana tujuan nglayap yang dimaksud arek Suroboyo itu.
“ Hayukk, kemana? “ Jawabku sumringah.
“ Nyobain makanan Indonesia yang semua bahan dasarnya dari tahu.” Terangnya
“ Jauh nggak? “ Tanyaku lagi
“ Lumayan “ Jawabnya singkat
“ Trus naik apa kesananya ? “
“ Naik bis, tapi kamu harus beli kartunya dulu “ Jelasnya
Nah jadi begini kawan. Di Qatar, tempat tinggal yang telah dipilihkan oleh perusahaan memang dekat dengan Bandara, tapi jauh dari tengah kota. Walaupun termasuk daerah yang tidak kalah ramai, JL Al mattar Qadeem terkenalnya. Restoran yang dimaksud oleh temanku yang sudah 4 tahun di Qatar tapi belum pernah sekalipun ada niat untuk mengunjungi Negara asalnya itu, ternyata berada di tengah kota. Jarak yang dibilang lumayan ini hanya dapat di tempuh menggunakan mobil pribadi bagi yang punya, taksi bagi yang berduit dan transport umum atau bis kalau tidak mau kakinya gempor untuk pejalan kaki sepertiku. Dan point ketiga adalah pilihan yang sesuai dengan isi kantongku, begitu pun yang disarankan teman yang tiap hari kerjaanya bikin kopi di starbuck.
Untuk dapat menggunakan transportasi umum ini kita harus mempunyai kartu anggota, smart card namanya. Kartu ini minimal seharga 30 Qatar Riyal /3 Bahraini Dinar/ 72.000 Rupiah, dengan isi saldo QR 20 /BD 2/Rp 48.000. Saldo ini akan berkurang QR 2/BD 0.2/200 fils/Rp 4.800 dari saldo awal, setiap sekali perjalanan dalam satu bis. Kartu ini hanya bisa didapat di agent tertentu atau di kantor terminal bis tersebut. Jika kita tidak atau belum mempunyai smart card itu, terpaksa kita harus merogoh QR 10/ BD 1/ Rp 24.000 sebagai alternatif kedua untuk membeli tiket.
[caption id="attachment_182370" align="alignright" width="300" caption="Tiket QR 10"]
[/caption]
Seperti yang terjadi denganku saat itu. Mengikuti saran dari temanku, sebelum naik bis aku harus beli smart card tersebut. Untuk datang ke agent terdekat yang biasanya menyediakan kartu itu, kami harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit. Setelah sampai disana, ternyata kartunya out of stock, Alhamdulillah. Dan untungnya, aku hanya akan mendapatkan kartu itu di terminal. Untuk sampai terminal tentulah aku harus naik bis sekali kalau tidak mau bayar mahal pakai taksi, sebab waktu yang ditempuh ke terminal tersebut 45 menit yang tidak mungkin tega membiarkan kaki ini dipaksa jalan. Padahal perjalanan menuju restoran terpilih itu kami harus 2 kali naik bis. Berkat rencana yang sudah diniatkan, akhirnya kami memutuskan untuk naik bis dengan pembayaran alternatif kedua, yaitu harus membeli tiket seharga QR 10 sekali perjalanan. Memang dipikir-pikir ngitung juga. Pasalnya harga tiket sekali perjalanan bisa digunakan 5 kali dengan pemakaian kartu.
[caption id="attachment_182371" align="aligncenter" width="300" caption="Qatar Bus Station"]
[/caption] [caption id="attachment_182374" align="aligncenter" width="300" caption="Aku dan petugas penjual smart card di kantor terminal"]
[/caption]
Setelah sampai di terminal, kami langsung meluncur kekantor yang menyediakan kartu langka tersebut.
“ Akhirnya dapet juga nih kartu “ Gumamku sambil action didepan kamera beserta petugas penjual kartu itu.
[caption id="attachment_182375" align="alignright" width="300" caption="Mb Nana dan Aku di Tofu & Cake Rest"]
[/caption]
Kemudian kami meneruskan perjalanan kami menuju restoran tersebut. Wah, mulai sekarang gampang nih kalau mau naik bis kemana-mana. Kalau habis tinggal isi ulang.
Ternyata memang, lain ladang lain belalang, lain Negara lain pula aturan dan budayanya.
Di Negara kita memang tak serumit ini, meski tidak se-teratur disini pula . Termasuk di Bahrain yang note bene Negara sebelah atau serumpun. Di Bahrain jarak jauh-dekat Cuma 200 fils/BD 0.2/QR 2 per tiket sekali perjalanan dan tidak memerlukan kartu apapun, sebab memang tidak ada ketentuan. Tapi apapun itu, aku yakin bertujuan baik yaitu demi ketertiban dalam penggunaan transportasi, meski dengan cara yang berbeda.
[caption id="attachment_182376" align="aligncenter" width="300" caption="Tiket bis di Bahrain"]
[/caption]
Nah begitulah cerita mengenai transportasi umum di Qatar. Semoga pengalaman pribadiku ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan, terutama bagi pendatang baru sepertiku atau bagi teman yang baru akan datang di Negara ini.
Sampai ketemu di cerita berikutnya.
Salam
-miracle-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H