Lihat ke Halaman Asli

RANTO NAPITUPULU

Penulis Otodidak

Sajak Sepanjang Perjalanan Semarang-Jakarta

Diperbarui: 15 Juli 2024   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ranto Napitupulu:


1batu-batu putih dan merah

kutinggalkan tanah leluhur kita
angin berembus tak bersuara
kereta perlahan meninggalkan stasiun tawang
kueja nama itu karena aku suka

aku teringat di satu malam ba'da isya
ada tujuh bocah perempuan
berperang hebat dengan batinnya
di hadapan mereka ada perempuan dewasa bernama adinda
yang hendak mengajarkan pelajaran bahasa indonesia
yang mengucap salam tidak sebagaimana lazimnya penduduk desa

satu dari tujuh bocah perempuan itu bertanya:
apakah ibu tak beragama
sehingga ibu tak mengucap salam seperti lazimnya penduduk desa?
apakah ibu tak beragama
sehingga ibu tak mengenakan penutup kepala
sebagaimana lazimnya perempuan penduduk desa?

perempuan bernama adinda berkata:
kita ada di rumah besar
yang batu di bawah tiangnya berwarna putih dan merah
dihuni oleh banyak agama dan marga
yang masing-masing nenek moyangnya sudah ada
sebelum kerajaan majapahit ada
amarahnya juga akan memuncak
jika ada hinaan untuk ibunya, indonesia

salam kita boleh berbeda
tetapi darah kita sama-sama merah
yaitu indonesia

tujuh bocah perempuan itu bertanya dalam batinnya
siapakah orang yang telah tega
tidak mengajarkan itu kepada kami semasa kami masih belia?

**

Desember 2023


2. batu-batu berlari

batu-batu berlari
meninggalkan petak-petak sawah yang tak lagi ditumbuhi padi
yang tubuhnya retak-retak nyaris mati
yang dadanya merah seperti baru saja dibakar oleh api
yang anak-anaknya menangis menginjak-injak jantung mimpi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline