Lihat ke Halaman Asli

Lebih dari Sekedar Pasar : dari Belanja hingga Kuliner

Diperbarui: 26 Desember 2024   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantai 2 pasar kranggan di siang hari (sumber: dok. pribadi)

Yogyakarta -Terletak tak jauh dari Tugu Pal Putih, Pasar Kranggan di Yogyakarta tidak hanya menawarkan pengalaman belanja Tradisional, tetapi juga menghadirkan keunikan lain yang membuatnya berbeda. Di lantai dua pasar ini, pengunjung disuguhi destinasi kuliner yang menggoda selera, menjadikannya salah satu daya tarik utama bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. Tempat ini menjadi simbol harmonisasi antara modernitas dan tradisi, sekaligus menunjukkan bagaimana pasar tradisional dapat terus relevan di tengah perubahan zaman.

Jika lantai dasar dipenuhi oleh pedagang kebutuhan sehari-hari seperti sayur-mayur, rempah-rempah, dan kain batik, gantungan kunci, souvernir khas Jogja dan produk- produk lokal lainnya lantai dua menjadi surga bagi pencinta kuliner. Di lantai ini, deretan warung makan kecil menyajikan beragam hidangan. Mulai dari makanan tradisional khas Yogyakarta seperti gudeg, soto, dan pecel hingga kuliner luar kota seperti rawon dan nasi Padang, bahkan beberapa sajian internasional seperti mie goreng ala Cina dan roti panggang ala Barat. Dengan cita rasa yang bervariasi dan harga yang ramah di kantong, lantai dua Pasar Kranggan menawarkan pengalaman kuliner yang sulit ditemukan di tempat lain, dengan cita rasa yang bervariasi dan harga yang ramah di kantong menjadi daya tarik Pasar Kranggan.

Pasar Kranggan memang semakin populer sebagai destinasi wisata budaya dan kuliner, terutama bagi para pecinta kuliner yang ingin menikmati hidangan tradisional Yogyakarta. Keunikan pasar ini terletak pada keragaman makanan yang ditawarkan, mulai dari makanan khas Yogyakarta hingga hidangan dari luar kota. Pengunjung tidak hanya bisa menikmati makanan, tetapi juga belajar langsung dari penjual tentang proses pembuatan hidangan tersebut.

Saat jam makan siang dan hari libur, pasar ini cenderung sangat ramai. Banyak pengunjung yang datang untuk menikmati kuliner lezat sambil merasakan suasana lokal yang autentik. Keramaian ini juga dipengaruhi oleh fakta bahwa banyak pekerja yang memanfaatkan waktu istirahat mereka untuk mencicipi sajian khas di pasar ini. Pada hari libur, pasar ini menjadi lebih hidup dengan banyaknya keluarga atau kelompok wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu, suasana yang ramai dan meriah ini memberi kesempatan bagi pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan penjual dan sesama pengunjung, menciptakan pengalaman kuliner yang menyenangkan.

Namun, perjalanan pasar ini tidak selalu mulus. Saat pandemi COVID-19 melanda, Pasar Kranggan sempat berhenti beroperasi sementara, meninggalkan kenangan penuh tantangan bagi pejuang rupiah dan pengunjung setianya.

Pandemi mengubah suasana pasar yang biasanya riuh dengan suara tawar-menawar menjadi sunyi. Penutupan sementara dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, tetapi keputusan itu membawa dampak besar, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidup di Pasar Kranggan. “Waktu itu saya bingung, karena sehari-hari pendapatan kami hanya dari pasar,” ujar Pak Sarwo, seorang juru parkir (jukir) kawasan Pasar Kranggan.

Namun, semangat kebersamaan masyarakat Pasar Kranggan membuktikan bahwa mereka mampu bangkit. Setelah situasi mulai membaik dan protokol kesehatan diterapkan dengan ketat, pasar kembali dibuka secara bertahap. Para pedagang bergotong-royong membersihkan area pasar, menyediakan fasilitas cuci tangan, dan menjaga jarak antara lapak demi menciptakan lingkungan yang aman bagi semua.

Lantai dua, yang menjadi destinasi kuliner unik, juga kembali menggeliat. Dengan aturan baru seperti pembatasan jumlah pengunjung dan penyesuaian tata letak, area kuliner ini tetap mempertahankan pesonanya. “Awalnya sepi, tapi kami terus berusaha memberikan pelayanan terbaik. Perlahan pelanggan mulai kembali,” ujar Bu Tini, penjual gudeg legendaris di sana.

Kembalinya aktivitas di Pasar Kranggan membawa optimisme baru. Meski pandemi sempat menghentikan denyut kehidupan pasar, kini pasar ini justru menjadi lebih kuat. Banyak pedagang yang memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pembeli, seperti menerima pesanan online dan mempromosikan dagangan mereka di media sosial. Bahkan saat ini, untuk pengguna cashless, tak perlu khawatir karena fitur QRIS sudah menjadi salah satu metode pembayaran yang sering digunakan pedagang untuk menerima pembayaran.

Hari ini, Pasar Kranggan kembali beroperasi dengan suasana hangat yang sama seperti dulu. Suara canda tawa, aroma jajanan tradisional, dan keramaian khas pasar menjadi bukti bahwa kehidupan di sini telah pulih, membawa semangat baru yang lebih kokoh dari sebelumnya. Tidak hanya sebagai tempat belanja, Pasar Kranggan juga menjadi bagian dari identitas budaya Yogyakarta. Pasar ini merupakan tempat bertemunya tradisi dan inovasi, simbol ketangguhan masyarakat lokal dalam menghadapi tantangan, dan bukti bahwa kolaborasi serta adaptasi dapat menciptakan kekuatan baru.

Pasar Kranggan tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang, menjadi simbol ketangguhan masyarakat Yogyakarta dalam menghadapi masa-masa sulit. Lebih dari sekadar pasar, tempat ini adalah bagian dari cerita, tradisi, dan identitas Yogyakarta yang tidak tergantikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline