Kapal Pinisi ? dalam bayangan ku seperti bahtera Nabi Nuh yang begitu besar mengapung di Samudra lepas. Tapi aku bisa melihat langsung kemegahan salah satu Mahakarya dari salah satu daerah di Nusa Tenggara Barat, yaitu di Bima.
Sudah pernah lihat kapal pinisi kan? nah ini salah satu bagian dari Bima yang harus kalian lihat langsung saat prosesi adat menarik kapal berukuran sangat besar ke dalam air. Terletak di Desa Sangiang,Bima ada satu prosesi adat unik menarik kapal kayu yang sangat berukuran besar lalu yang paling membuat penasaran adalah keunikanya yaitu di tarik oleh banyak orang dan dilakukan oleh warga setempat. prosesi adat itu bernama Kalondo Lopi namanya.
Prosesi Kalondo Lopi di Desa Sangiang merupakan perayaan oleh masyarakat dan bisa dibilang hiburan juga menjadi perayaan yang sangat khas mempunyai makna tersendiri. Kalondo Lopi adalah tradisi yang sudah dilakukan oleh nenek moyang suku Mbojo sejak mereka mengenal dunia kelautan. Tradisi tersebut menunjukkan bukan saja pelestarian warisan budaya di Sangiang, tapi juga sebagai simbol toleransi dan kerukunan antar warga.
Desa Sangiang terletak di pesisir pantai utara, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Desa ini berada di timur pulau Sumbawa dan dikelilingi gunung. Mayoritas pekerjaan masyarakat disanan adalah menjadi nelayan.selain itu terkadang mereka juga menjadi pertani dikala musim ikan mulai datang.
Di Desa Sangiang sendiri memiliki banyak potensi wisata alam, seperti seni budaya, aneka kuliner dan berbagai potensi wisata lainnya. Salah satu yang menjadi daya tarik Desa Sangiang adalah Gunung Sangiang sendiri.Si kecil cabe rawit yang memiliki nilai historis sejak abad 14 Masehi.
Prosesi Kalondo Lopi memiliki arti secara harfiah yaitu Proses Penurunan Kapal menuju laut. Dalam proses pembuatan Kapal tersebut memakan waktu sekitar 2 sampai 3 tahun oleh warga.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh pemilik kapal sebelumKalondo Lopi dilakukan.yaitu pada malam harinya di lakukan Do`a bersama di atas kapal, serta mengundang berbagai elemen masyarakat. Pada pagi hari setelah masyarakat sudah terkumpul dari berbagai kalangan. Maka, semua mulai bergotong royong dan bersama-sama menarik kapal.
Kemudian tunas pinang di ikatkan di depan dan belakang kapal yang mempunyai arti seperti pohon pinang yang tinggi lurus yaitu bersedia melakukan pekerjaan dengan bersungguh sungguh. Dalam hal ini kaya atau pun miskin, semua akan melebur dalam keharmonisan.dengan kata lain semua berusaha menurunkan kapal kelaut seperti itulah tujuan utamanya.
Di iringi canda dan tawa, semua terjalin kebersamaan di antara mereka setelah melakukan usaha mendongkrak bagian belakang kapal. Bukan hanya warga lokal saja yang berbaur, wisatawanlokal maupun asing yang turut menyaksikan Kalondo Lopi diperbolehkan membantu bekerjasama untuk menarik kapal tersebut. Hingga kapal mulai berhasil memasuki ke air laut, semua masyarakat bersuka cita dan senyum kebahagiaan yang terpancar. Jadi sangat disayangkan apabila kalian melewatkan prosesi adat penuruan kapal pinisi yang dimiliki oleh Bima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H