Lihat ke Halaman Asli

Ketoprak Mataraman Dari Cikeas

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini adalah tulisan saya pada tahun 2009 yang ternyata sama kejadiannya dengan tahun 2011

Ada beberapa hal yang menarik bagi saya dari proses audisi menteri kabinet pak Beye kali ini. Alurnya mirip sekali dengan alur Ketoprak Mataraman, menurut pengamat biasa saja bila itu terjadi, soalnya pemimpin Republik ini masih menggunakan tipe kepemimpinan jawa, selain itu akar budaya kerajaan Mataram sangat merasuk di belahan pulau jawa.

Bagi saya auidisi ini mirip sekali dengan sebuah lakon ketoprak yang biasanya di tampilkan dalam beberapa pertunjukan, episodenya diatur sedemikan rupa, lalu dibuat intrik-intrik di dalamnya. Selain itu lakon sungguh di buat dramatis oleh pembuat cerita, mungkin ada kesamaan tokoh antara tragedy Shakespeare dengan ketoprak Mataraman, biasanya tokoh utama berasal dari kalangan bangsawan yang mengalami berbagai, penderitaan, nah begitu pula dalam lakon dari Cikeas ini, selanjutnya tokoh inilah yang membentuk alur cerita. Sungguh tak jauh sekali bedanya.

Jika dalam drama tragedi Shakespeare mengikuti struktur alur yang diungkapkan Aristoteles dengan variasi poiema, pathema, dan mathema. Sedangkan pada naskah ketoprak, alur tampak bergerak maju mundur tanpa keseragaman pola, begitu pula lakon ketoprak mataraman ala cikeas, seolah semuanya bergerak maju mundur dalam ritme tawar-menawar antar partai politik dan para politisinya.

Penilaian terakhir saya tentang keruwetan – keruwetan yang menyebabkan tertundanya penyelesaian cerita disebabkan oleh sikap dan tingkah para tokoh utama yang sering ragu-ragu dalam bertindak. Hmm...sementara sebelum episode terakhir ditayangkan, masih saja ada kalimat – kalimat bersayap yang menunjukan antara keyakinan dan keraguan, misal jatah kursi menteri yang belum terbagi untuk parpol yang mau menjadi oposisi setengah hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline