Lihat ke Halaman Asli

Stress, Munculkan Berbagai Penyakit

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Kalau bisa senyum mengapa harus manyun, kalau bisa ramah mengapa harus marah"

Setiap orang pasti pernah dengar istilah stress, bahkan bisa jadi mengalaminya. Stress merupakan kondisi jiwa yang tidak stabil sehingga keadaan diri menjadi tidak nyaman. Menurut Endang (2001), terjadinya stress karena adanya stressor (tekanan). Stressor ini dapat berupa kesulitan hidup, adanya masalah dalam keluarga, lingkungan kerja, di sekolah, dapat pula berupa kekalahan atau keinginan untuk berprestasi, emosi (takut, kaget dan tekanan batin lainnya), kedinginan, luka, atau pendarahan dan lain sebagainya.

Stress atau tertekan akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh kita. Terlebih bila stress terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat memunculkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan penelitian Dr. Selye (1949) dari Amerika, tubuh manusia yang menerima suatu tekanan atau ancaman dalam bentuk apapun, akan mengadakan serangkaian reaksi penangkis (perlawanan). Adanya stress tersebut, terutama yang berupa tekanan mental dan emosi, akan mengakibatkan timbulnya suatu “reaksi alarm”, yaitu reaksi otomatis yang mengubah seluruh tempo dalam tubuh manusia, misalnya denyut nadi bertambah cepat, tekanan darah naik, tangan menjadi dingin, darah dialirkan dari kulit ke organ vital, asam lambung diproduksi berlebih, hormon adrenalin dan streroid dikeluarkan lebih banyak, semua itu dalam rangka untuk melawan stress.

Apabila kondisi stress mental dan emosi tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri dan bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis dalam jaringan atau organ tubuh manusia, melalui sistem saraf otonom. Akibatnya akan timbul “penyakit dari proses adaptasi ini” yaitu hipertensi, penyakit jantung (infark), maag (borok atau tukak lambung) dan sebagainya (Selye, 1950).

Secara spesifik proses stress sampai memunculkan penyakit dapat saya contohkan pada penyakit maag. Penyakit ini berupa tukak lambung yang dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan. Lambung terasa sakit seperti diiris, pedih terkadang disertai mual. Maag terjadi akibat dari jumlah HCL (asam lambung) yang berlebihan di dalam lambung. Kelebihan kadar HCL dalam cairan lambung dapat merusak jaringan selaput lendir lambung dan jaringan halus usus dua belas jari. Jaringan yang rusak akan menjadi luka bernanah yang menyerupai luka-luka sariawan di bibir, inilah yang disebut tukak lambung (Endang, 2001).

Jadi banyaknya kadar HCL inilah yang menyebabkan terjadinya luka pada lambung yang pada akhirnya disebut (Belanda: maag). Pertanyaan yang muncul, mengapa produksi HCL bisa berlebihan dalam lambung? Para ahli kedokteran menyatakan bahwa produksi HCL yang berlebihan di dalam lambung disebabkan terutama oleh adanya ketegangan atau stress mental kejiwaan yang cukup berat. Secara berurutan stress akan memacu dikeluarkannya banyak HCL yang dapat melukai selaput lambung akibatnya lambung terluka dan jadilah tukak lambung (maag).

Jelaslah sekarang bahwa seseorang yang cenderung stress dan tak henti – hentinya dalam waktu yang cukup lama dapat memunculkan penyakit. Untuk itu seyogyanya kita mampu mengontrol diri agar tidak mudah mengalami stress. Banyak cara dan terapi untuk menghindari stress, salah satunya adalah mencoba menghadapi kenyataan hidup sebagaimana adanya (jawa: nrimo ing pandum), senantiasa bersyukur, bersikap sabar dalam menghadapi berbagai masalah dan usahakanlah untuk menghilangkan ketegangan dan kecemasan. Paling utama; jangan pernah lupa selalu mendekatkan diri dengan sang pencipta InsyaAllah merupakan terapi terbaik untuk menghindarkan atau mengobati stress yang ada.

Nono Purnomo

Jumat, 1 Mei 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline