Lihat ke Halaman Asli

Mau Dibawa ke Mana Relawan Politik Kita?

Diperbarui: 23 Maret 2016   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini terasa relawan politik kian memiliki daya tarik khususnya dikalangan anak-anak muda. Memiliki relawan menjadi sebuah keniscayaan bagi seorang politisi yang ingin maju dalam pemilihan. Bak gayung bersambut, dalam masyarakat sipil terdapat barisan orang-orang yang siap sedia untuk memberikan dukungan itu. Maka jadilah barang itu.

Sesederhana itukah? Tentu saja tidak. Ada proses yang dilalui sebelum sebuah kelompok relawan terbentuk. Di samping dinamika politik yang dihadapi, tarik menarik antar kandidat dengan calon-calon relawan juga terjadi. Dalam prosesnya juga terjadi tawar menawar, konsultasi-kosultasi, dan saling memberi penilaian, melibatkan banyak pihak, tidak melulu antar kadidat dan calon-calon relawan.

Super Ikhlas?

Sebagian orang akan mengira bahwa yang namanya relawan adalah orang-orang yang bekerja dengan idealisme, tanpa meminta bayaran atau imbalan berupa upah atau pengharagaan. Dalam pandangan yang lebih ekstrem seorang relawan tidak ragu-ragu memakai sumberdaya miliknya sendiri demi memenangkan pilihan politiknya. Tujuannya semata-mata untuk mendapatkan seorang pemimpin politik yang benar-benar mampu memenuhi harapan-harapan publik dan cocok dengan tujuan-tujuan perubahan yang diinginkan.

Bagaimana jika relawan politik terbentuk bukan dari partisipasi dari bawah melainkan atas prakarsa orang-orang yang berpengaruh, bahkan difasilitasi oleh kandidat itu sendiri? Saksikanlah bagaimana relawan politik muncul untuk pemilihan Gubernur DKI 2017. Ramai-ramai kandidat membentuk kelompok relawan untuk dirinya. Nama yang diberikan dibuat sedemikian agar tampak kedekatannya dengan publik, misalnya: Teman Ahok, Suka Haji Lulung. Sahabat Djarot, Sahabat Sandaga Uno, seperti itu. Dari nama-nama tersebut sudah dapat terlihat fungsi pelayanan yang akan diberikan oleh sebuah kelompok relawan.

Nilai-nilai yang kerab dilekatkan kepada relawan politik adalah partisipatif, independen, jauh dari nilai-nilai pragmatisme. Untuk diketahui, relawan politik hanyalah mesin politik alternatif saat seorang kandidat ingin mengikuti pemilihan umum, pada saat yang sama dirinya tidak memiliki kaki yang cukup kuat dalam partai politik. Mesin ini muncul sebagai strategi untuk “kerja lancar” sang kandidat, guna memudahkan usaha-usahanya meraup kemenangan. Hal ini dimungkinkan karena relawan politik memiliki dimensi kedekatan dengan masyarakat dengan sirkulasi yang luas dan teknik-teknik pemenangan non konvesional yang menarik minat orang-orang biasa untuk berkumpul, supaya bisa diubah dari non politis menjadi politis.

Unsur di Belakang Layar

Diakui atau tidak, dalam memajukan usahanya suatu kelompok relawan politik bekerja bersama-sama pihak-pihak lain yang memiliki sumberdaya besar. Inilah yang mengisi ruang relawan dengan nilai-nilai dan kepentingan-kepentingan yang tidak ada sangkut paut dengan idealisme dan tujuan awal yang dikedepankan. Selalu ada orang (orang-orang) “kuat” di belakang layar yang berfungsi sebagai pendamping kandidat. Merekalah yang menjamin ketersediaan dana, sekaligus alat kekuasaan untuk menghadapi hambatan-hambatan di lapangan. Para pendamping ini bisa tidak terlihat sama sekali, juga tidak mesti berada bersama para relawan. Akan tetapi sesungguhnya merekalah yang memainkan peranan vital dalam kerja-kerja relawan politik

Unsur pendamping selalu ada, baik pada kandidat yang dicalonkan oleh partai politik maupun perseorangan. Keikutsertaan unsur pendamping bukan suatu yang kebetulan. Upaya-upaya untuk mewujudkan rencana-rencana politik meminta biaya besar. Sebaliknya unsur-unsur yang mengantongi kekuatan uang telah melihat keuntungan dari keikutsertaan dalam kerjasama ini. Keterlibatan mereka membuka peluang lebih untuk memperbesar kekuasaan dan kekayaannya. Jika kandidat yang didukung menang dalam pemilihan maka pusat pembuatan keputusan dalam sistem politik itu ada dalam genggamannya. Mereka bisa ikut menetapkan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukan beserta penjatahan-penjatahannya. Kandidat yang didukung akan sulit menolak, bukan semata-mata karena hutang budi. Pendamping ikut dalam setiap perbincangan dan terlibat dalam mengatur strategi pemenangan. Jebakan demi jebakan mereka ciptakan selama prosesnya, yang membuat kandidat akan menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa bekerja tanpa menimbang kepentingan pendampingnya.

Maka disadari atau tidak sesungguhnya relawan politik juga bekerja untuk para pendamping kandidatnya. Para relawan boleh jadi tidak memiliki akses langsung ke pendamping, namun dengan rekomendasi sang kandidat hal itu bisa terwujud. Sangat mungkin kemewahan fasilitas, tunjangan dan berbagai tawaran menarik mereka dapatkan dari para pendamping kandidat.

Ketika dalam suatu kelompok relawan politik sudah banyak sekali orang yang terlibat, dan ketika mereka telah berurusan dengan pihak-pihak sponsor dan figur-figur lain, maka akan semakin tampak bahwa masing-masing membawa serta kepentingan pribadinya, dan sedang memperjuangkan sesuatu yang lebih dari sekedar nilai-nilai yang bermanfaat untuk masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline