Lihat ke Halaman Asli

Ranmaru

Mahasiswa

Tiktok: Bom Waktu untuk Otakmu

Diperbarui: 6 Januari 2025   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mari kita bayangkan secara sederhana, otak kita dan otak robot memiliki cara kerja yang sama. Kita memiliki sistem kita sendiri dengan segala kimia otak yang ada dan juga syaraf-syaraf sebagai penghubung, robot memiliki program dan juga kabel-kabelnya. Manusia menggunakan otak dalam kesehariannya dan secara tidak sadar memberikan sedikit olahraga pada otak ketika kita melaksanakan kegiatan yang membutuhkan pemikiran keputusan, dan robot akan memiliki trial and error berjalan di otak mereka untuk melatih sistem agar bisa berkembang lebih jauh.

Lalu suatu hari kita memutuskan untuk menonton video pendek. “Menarik.” pikir kita. Menonton video pendek, tidak hanya dari Tiktok namun bisa juga dari aplikasi-aplikasi lain yang menyediakan video pendek menarik, menjadi salah satu ritual harian yang kita lakukan, memberikan kita sedikit hiburan dari hari yang panjang setelah berkerja.
            Setiap video yang kita tonton di Tiktok memberikan lonjakan dopamin kecil—zat kimia di otak yang memberikan rasa puas. Setiap video yang muncul memberikan kita rangsangan untuk mengeluarkan dopamin, lalu ketagihan. Video menarik, lonjakan dopamin, perasaan senang muncul, lalu hanya dengan satu usapan pada layar video menarik lainnya pun muncul. Video menarik, lonjakan dopamin, perasaan senang muncul, lalu ulangi lagi siklus yang sama hingga tidak terasa sudah hampir dua jam berlalu. Hal ini berulang setiap harinya setelah kita menemukan dorongan dopamin instan yang dapat diberikan oleh aplikasi gratis di telepon genggam. Lagi dan lagi, bahkan semakin hari waktu yang kita habiskan untuk mencari lonjakan dopamin ini semakin panjang. Awalnya bisa 30 menit, lalu berlanjut menjadi satu jam, lalu satu setengah jam, dan bertambah setiap harinya.

Mungkin pada titik ini Anda akan bertanya-tanya, “Hanya video pendek. Lagipula, masa saya tidak boleh menghadiahi diri sendiri dengan waktu senggang yang bisa saya pergunakan untuk menonton video lucu singkat di internet? Apa hubungannya dengan bom waktu?”
            Layaknya sistem robot yang sudah semakin rusak karena termakan virus atau diberatkan oleh file-file yang tidak seharusnya, lama kelamaan sistem bisa melambat, perlahan, lalu bahkan bisa melakukan self-destruct. Sama seperti otak kita, setiap harinya diberikan dorongan dopamin yang dosisnya tidak sesuai, dan lama kelamaan bisa melambat. Seperti yang sudah disebutkan berkali-kali di atas, video pendek memberikan kita lonjakan dopamin. Mendapatkan rangsangan agar bisa merasakan kesenangan adalah hal yang bagus, namun segala yang berlebih akan membawa pada hal yang buruk. Dengan hal yang terus-terusan kita ulang setiap harinya bisa mengarahkan kita pada menurunnya konsentrasi, perilaku impulsif atau pengambilan Keputusan yang cenderung impulsif, gangguan atensi, atau bahkan kecenderungan pemikiran depresif dan gangguan kecemasan.

Hal-hal ini terjadi karena adiksi terhadap lonjakan dopamin yang diberikan oleh video pendek dan diperburuk dengan algoritma Tiktok. Platform ini diciptakan tidak hanya sekedar memberikan Anda video yang sekiranya menarik, namun telah diciptakan sistem dengan rancangan yang membuat Anda terus-terusan menonton, mengambil video yang diperkirakan dari kebiasaan pengguna ketika berselancar seperti video apa yang membuat Anda bertahan atau video seperti apa yang Anda sukai. Andai kata suatu hari Anda sedang bersedih lalu anda menyukai segala video yang sekiranya Anda relate. Tiktok menangkap informasi tersebut dan memberikan Anda lebih banyak video sedih dan membuat Anda lebih larut terhadap kesedihan Anda atau bahkan lebih buruknya lagi, memberikan Anda pemikiran baru dan menimbulkan rasa resah atau cemas yang tidak perlu. Hal seperti inilah yang dapat membawa Anda pada gangguan kecemasan atau kecenderungan depresi.

 Sebelum semuanya menjadi lebih parah atau bahkan “bom waktu” Anda meledak, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan untuk memotong kabel peledak bom waktu Anda. Pertama, atur batasan dalam penggunaan Tiktok harian Anda. Tidak perlu terlalu ekstrim dan bisa ditambah seiring berjalannya waktu. Kedua, coba ambil kembali hobi lama Anda yang bisa memberikan kepuasan mendalam untuk menghindari kepuasan semu yang diberikan Tiktok atau video pendek. Hobi adalah kegiatan yang bisa Anda nikmati di waktu senggang, seperti olahraga ringan, membaca buku, melukis, mendengarkan lagu, atau coba berjalan-jalan ke tempat baru. Ketiga, manajemen waktu diperlukan tidak hanya untuk batasan penggunaan Tiktok, namun bisa untuk membenarkan rutinitas Anda yang sebelumnya didominasi dengan menonton video pendek. Anda bisa memasang aplikasi pengingat waktu layar, atau aplikasi yang bisa membantu Anda untuk membuat jadwal harian. Dan yang paling penting lagi, hidup Anda tidak dikendalikan dan jauh lebih berharga daripada jumlah suka atau penonton di media sosial.

            Tiktok memang menyenangkan untuk saat ini, namun sebelum Anda jatuh kedalam lubang yang lebih dalam dan meledak oleh bom waktu yang Anda buat, saatnya mengambil alih kendali diri sepenuhnya pada Anda, menjauh sejenak dan memberikan otak Anda waktu untuk bernapas. Sekarang semuanya kembali pada diri Anda sendiri, membiarkan bom waktu itu meledak atau memotong kabel peledak?

Khadhranaa Yulita

Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur

ranayulita30@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline