Lihat ke Halaman Asli

Bahu Membahu Membantu Donggala-Palu

Diperbarui: 15 Oktober 2018   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi paska gempa yang menimpa desa Nako, Kec. Kulawi, Sigi | Dokpri

Minggu, 14 Oktober 2018, Dua pekan lebih pasca gempa bumi dan tsunami menerjang wilayah Palu dan Donggala. Gubernur Sulawesi Tengah telah menetapkan perpanjangan masa tanggap darurat selama 14 hari kedepan terhitung sejak tanggal 13 - 26 Oktober 2018. Pertimbangan perpanjangan masa tanggap darurat berdasarkan kondisi wilayah Palu dan Gonggala belum pulih sepenuhnya. 

Kondisi masyarakat masih membutuhkan bantuan logistik, dan beberapa jalan masih terisolir. Selain itu, di daerah terdampak masih sangat rawan terjadinya penjarahan menimbulkan kekhawatiran para relawan karena bukan hanya toko yang dijarah tetapi bantuan logistikpun tidak luput dari penjarahan. 

Dalam hal ini, UIN Jakarta merespon dengan melakukan penggalangan donasi dan pendelegasian Tim Respon Bencana Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Insani Ibnu Battutah (KMPLHK RANITA) UIN Jakarta.

Enam orang delegasi RANITA UIN Jakarta telah mendarat di lokasi terdampak yakni Risma Tri Yurita, Lien Sururoh, Abdurrahman Heriza, Iqbal Ramadhan, Lina Sobariyah A, dan Karves. Tim bekerjasama dengan masyarakat local untuk mendirikan pos bencana yang beralamat di Jl. Tentenaraya No. 35 Kelurahan Silea Kecamatan Ulujadi Kota Palu. Total donasi yang telah terkumpul sejak tanggal 30 September hingga 13 Oktober 2018 sebesar Rp. 63.900.200,-. Sebagian uang donasi sudah dibelanjakan untuk bantuan logistik masyarakat terdampak senilai Rp 35.190.600.

(11/10/2018) Genap sepekan tim berada di lokasi terdampak, tim melakukan pergerakkan berfokus kepada penyaluran bantuan logistik kepada masyarakat terdampak dengan target wilayah yang masih belum tersentuh oleh bantuan. Pergerakkan tim dimulai dengan belanja bantuan logistik di Jalan Imam Bonjol yang terletak di Pusat Kota Palu, logistic yang dibeli adalah 20 dus mie instan rebus, 10 dus mie instan goreng, dan 5 dus kopi instan sachet yang semuanya seharga Rp 3.250.000. Transaksi jual beli dilaksanakan di mobil box karena di kota Palu masih sangat rawan terjadi penjarahan. Selain berbelanja bantuan logistik tim pun dipinta untuk membantu mendistribusikan batuan di Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, dan Kerukunan Luwu Utara.

Pukul 15,14 WITA tim kembali ke pusat Kota Palu, menuju Pasar Inpres Manonda Kota Palu untuk membeli beras sebanyak 8 karung dengan harga yang relative stabil, lalu tim mengemas paket sembako yang setiap paket berisi 2 liter beras, 4 bungkus mie instan, dan 2 sachet kop. Selanjutnya tim kembali membeli beras sebanyak 2 karung yang direncanakan akan didistribusikan tanggal 12 Oktober ke Kabupaten Sigi.

(12/10/2018) Pergerakkan pada hari Jumat ini, tim dibagi menjadi dua yaitu Tim 1 yang bertugas melakukan Assesment dan Tim 2 yang bertugas mendistribusikan logistik. Assesment dilakukan di Koramil 1306-02 dan Pos Komando Kabupaten Sigi, hasilnya adalah beberapa wilayah di Kabupaten Sigi masih belum dialiri listrik dan beberapa wilayah juga masih sulit diakses yaitu wilayah Sidera dan Kulawi.

Pergerakkan yang dilakukan oleh tim kedua adalah mendistribusikan logistic kebeberapa daerah di Kabupaten Sigi yaitu Desa Bora, Biromaru, dan Kawatuna. Di desa Bora tim mendistribusikan 200 Kantong logistik yang masing-masing kantong berisi beras, 4 bungkus mie, dan 2 sachet kopi. Di Desa Biromaru tim menurunkan 4 kantong logistik dan di Kawatuna menurunkan logistic sebanyak 4 kantong perposko serta memberikan bantuan pakaian layak pakai. Kondisi di Desa Bora sudah aman dan kebutuhan logistic sudah terpenuhi, untuk Biromaru tim tidak berkunjung ke posko induk setempat dan untuk Kawatuna tim berkunjung ke pesantren yang dijadikan tempat pengungsian.

(13/10/2018) tim relawan bergerak menuju desa Boladangko. Berdasarkan pengakuan kepala desa Boladangko bahwa akses jalan masih sulit dilalui dan tinggal satu akses jalan paska bencana, masih rawan longsor jika terjadi hujan. Warga masih kesulitan dalam berbagai hal yakni akses pasar hanya ada di Palu, sanitasi, PLN, hunian yang tersedia masih bersifat sementara. 

Seluruh sarana dan prasarana pendidikan, rumah ibadah dan perkantoran hancur seluruhnya. Aktivitas perkantoran, pertanian dan pendididikan tidak beroperasi dari mulai kejadian gempa sampai dengan saat ini. Belum adanya rencana untuk pemulihan di berbagai aspek pada desa ini, ada banyak masalah psikologi yang diakibatkan oleh gempa terutama pada anak anak. Kebutuhan mendesak yang belum dipenuhi diantaranya dalah sembako, terpal dan sanitasi.

(14/10.2018). Untuk mempermudah pergerakkan tim kembali dibagi menjadi dua yaitu tim 1 bertugas melakukan obsrrvasi dan assessment di dusun 1 dan dusun 2, sedangkan tim dua bertugas melakukan observasi dan assessment di Dusun 3 Desa Boladangko. Desa Boladangko mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu sebanyak 158 KK terdampak dan 562 jiwa mengungsi di beberapa titik pengungsian.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline