Sekolah Sulit, Tak Sekolah Lebih Susah
Program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah nampaknya membuahkan hasil hal ini terbukti dengan adanya program lanjutan yaitu wajib belajar menjadi 12 tahun. Segala hal dilakukan oleh pemerintah termaksud mengadakan sekolah gratis di semua tingkat sekolah baik itu Sekolah Dasar ( SD ), Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) hingga Sekolah Menengah Atas ( SMA ) bahkan memberikan bantuan beasiswa untuk siswa berprestasi dan siswa tidak mampu. Namun, tidak semua sekolah di Indonesia menggratiskan biaya sekolahnya. Meski program sekolah gratis dimulai tahun 2009, namun hingga kini tetap ada sekolah yang menarik biaya komite pada siswanya dengan alasan untuk menggaji guru honorer dan perbaikan fasilitas sekolah.
Program wajib belajar 12 tahun telah dimulai 2016, dan sekolah gratispun tetap dilanjutkan pemerintah. namun hal ini tak mengurangi angka putus sekolah yang ada di Indonesia. Merujuk pada data di harian kompas, pada tahun 2015-2016 ada sekitar satu juta anak yang putus sekolah hanya di tingkat SD. Lagi- lagi yang menjadi menyebab utamanya adalah persoalan ekonomi. Data lainnya diperolegh dari UNICEF tahun 2016 mengatakan sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak apat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia SD dan 1,9 juta untuk anak usia SMP.
Kurang tepat sasaran sekolah gratis dan dana bantuan juga menjadi penyebab lainnya. Padahal, dalam komitmen tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals ( SDGs ) 2030 bidang pendidikan, setiap Negara harus bisa memastikan tidak ada seorangpun yang tertingal dalam pendidikan.
Pendidikan menjadi factor penting dari sebuah Negara apalagi tujuan nasional Negara kita salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Angka putus sekolah masih tinggi, namun isu ditariknya sekolah gratis sudah menyebar di masyakat. Kemendibud berencana akan meninjau kembali program sekolah gratis, dimana sekolah gratis hanya diperoleh oleh siswa kurang mampu, sedangkan siswa yang mampu harus membayar sekolah. Apapun program pemerintah harus dibarengi dengan system tata kelola yang tepat karena sejauh ini sekolah gratis maupun beasiswa masih tidah tepat sasaran, kebanyakan mereka yang mampulah yang mendapatkan itu, ketimbang mereka yang kurang mampu.
Data yang dipakai sekolah untuk memilih siswapun cenderung menggunakan data lama dengan alasan tak ingin ribet dan apabila membuat data baru akan memakan waktu yang lama, padahal data siswa harus diperbaharui setidaknya satu tahun sekali. Siswa yang tak memperoleh beasiswa tahun ini bisa mendapatknnya tahun depan. jika seperti ini terus terjadi maka angka putus sekolah akan bertambah dan masa depan merekapun menjadi taruhannya. karena untuk memperoleh pekerjaan di zaman sekorang harus setidaknya lulusan SMA sederajat baru diterima, lalu bagaimana dengan mereka yang tak melanjutkan sekolah? jelas akan lebih sulit lagi untuk mendapatkan pekerjaan, bukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H