Lihat ke Halaman Asli

Rani Oktavia Putri

Budak korporat

Gambaran Kehidupan dari Drakor My Liberation Notes (Diary)

Diperbarui: 5 Juli 2022   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Para pecinta drakor alias drama korea pastinya sempat mendengar judul My Liberation Notes atau My Liberation Diary yang tayang pada bulan Mei tahun 2022 ini. Drama ini menceritakan tentang kehidupan 3 bersaudara yang bekerja di kota Seoul dan berdomisili di di desa Sanpo di Gyeonggi-do. Setiap harinya 3 bersaudara ini melakukan perjalalan pulang pergi yang sangat jauh dari rumahnya menuju kantor dengan menggunakan angkutan umum berupa bus dan kereta.

Nama karakternya antara lain Yeom Gi-Jeong sebagai anak pertama (perempuan), Yeom Chang-Hee sebagai anak kedua (laki-laki), dan Yeom Mi-Jeong sebagai anak terakhir (perempuan). Mereka bertiga tinggal di Sanpo bersama ayah dan ibu mereka, serta salah satu karyawan ayah mereka yang tinggal bertetangga dengan mereka, yaitu Pak Gu.

Bila dilihat dengan seksama, 'model' keluarga mereka adalah patriarki, di mana pemegang kuasa utamanya adalah sang ayah. Profesi ayah mereka sendiri adalah wiraswasta yang bergerak di bidang pembuatan furnitur dan memiliki ladang yang dikelola bersama sang ibu. Dalam beberapa scene, terlihat bahwa sang ibu sering kali menjadi jubir alias juru bicara dari sang ayah. Iya, karena sang ayah sangat irit dalam buka suara.

Anak kedua yang merupakan laki-laki, Chang-hee seringkali menjadi yang paling vokal dalam mengutarakan apa yang Ia inginkan dan rasakan. Sayangnya, sang ayah sering kali berbeda pendapat dengan Chang-hee dan selalu saja sang ibu menjadi penengah.

Sang ibu sehari-hari selalu melakukan pekerjaan ala ibu rumah tangga, ya memasak, ya mencuci, ya merapikan rumah dan tetap membantu sang ayah di ladang. Yang cukup menarik perhatian adalah sang ayah yang jarang terlihat membantu sang ibu dalam pekerjaan domestik.

Beberapa kali secara terang-terangan, sang ibu menyampaikan keluhannya mengenai kesehariannya yang membuatnya kelelahan. Puncaknya adalah ketika sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya kala sedang tertidur. Semua anak pun merasa sangat kehilangan karena memang sadar atau tidak, selama ini sang ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keluarganya yang bisa dikatakan patriaki ini.

Dalam drakor ini juga diceritakan mengenai pekerjaan ketiga bersaudara yang cukup rumit. Benar-benar terasa nyata karena relate dengan para pekerja pada umumnya. Atasan yang subjektif, rekan kerja yang menyebalkan, jenuh menjalankan pekerjaan yang sama bertahun-tahun lamanya, tantangan pekerjaan yang selalu ada-ada saja. Gi-jeong kalau tidak salah bekerja di perusahaan riset, Chang-hee di perusahaan ritel dan Mi-jeong sebagai desainer di perusahaan kartu.

Kehidupan percintaan tiga bersaudara ini bisa dibilang kurang beruntung. Selain itu, mereka diperlihatkan sebagai anak-anak yang kurang nyaman berada di rumah. Mungkin karena hubungan orang tua dan anak yang kurang bonding sehingga merasa kurang terakomodir dalam hal apresiasi atas apa yang mereka kerjakan dan validasi perasaan mereka.

Saat menonton drakor ini, rasanya campur aduk. Kadang menangis sedih, kadang menangis terharu, kadang tertawa karena kelakuan beberapa karakternya, kadang senyum-senyum sendiri karena ada scene yang menggemaskan. Banyak yang berpendapat di media sosial bahwa drakor satu ini memiliki open ending sehingga membuat para penonton bingung dan berasumsi sendiri apa maksud dari endingnya.

Yang membuat emotionally attached dengan drakor ini ya karena cerita yang ditampilkan sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan keluarga yang tidak selalu harmonis seperti di negeri dongeng, perjalanan percintaan yang tidak semulus pantat bayi, pekerjaan yang selalu ada saja cobaan setiap harinya.

Baiknya menonton drakor ini dalam suasana yang tenang dan diresapi setiap scenenya agar semakin terasa makna implisitnya sehingga memunculkan kesan "aaah iya juga ya" atau "eh iyaaa sama banget". Setiap masalah tidak selalu menemukan solusi terbaiknya, masalah satu belum selesai tapi malah timbul masalah lain dan begitulah yang ingin ditampilkan dalam My Liberation Notes. Realita kehidupan yang complicated.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline