Ada banyak hal di dunia ini yang harus kita terima sebagaimana adanya. Beberapa diantaranya adalah terlahir dalam keluarga degan suku tertentu bahkan dengan jenis kelamin perempuan.
Terlahir sebagai perempuan di tengah keluarga yang menganut paham patrinial seperti Suku Batak, bukanlah sebuah keberuntungan sekalipun dapat dikatakan bukan sebagai kecelakaan juga. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan peran dan kedudukan perempuan secara adat-istiadat.
Perempuan kecenderungan identik dengan urusan dapur dan sumur. Hmmmm seperti urusan memasak, mencuci dan membersihkan segala yang kotor. Demikianlah pola pikir yang terbentuk di kalangan masyaraakat dalam segala aspek baik sosial, pendidikan bahkan gereja.
Jadi, terbayang ya... betapa sulitnya bagi seorang perempuan untuk mengekspresikan dirinya. Sesekali ia pernah mencoba mengeluarkan idenya yang cemerlang, sontak disebut pemberontak. Dikala ia ingin membuat sebuah gerakan perubahan disebut sebagai pecundang.
Dunia seringkali gagal melihat produk akhirnya namun hanya melihat cover perempuan dibalik suara, pikiran dan ide yang disampaikan. Perempuan merupakan makhluk yang dikaruniakan perasaan dan seringkali berpikir dan bertindakpun menggunakan perasaan namun realita tersebut seringkali menjadi ancaman baginya dengan perundungan dibalik kata "dasar, kamu baper". Hmmmmmmmm menjadi perempuan, tidak pernah menjadi mudah. Ia seringkali dihantui rasa bersalah pada dirinya sendiri.
Saya bukan hanya sekadar sedang membela perempuan di hadapan lelaki namun juga dihadapan perempuan lainnya. Menjadi perempuan, sungguh tidak pernah begitu mudah.
Jika kita masuk ke dalam dunia pekerjaan, kita akan temukan bahwa seringkali pintu kesempatan berkarir itu harus diketok kuat dan didobrak untuk bisa masuk sementara kaum Adam dengan mudahnya masuk bahkan menyianyiakannua.
Bukan hanya itu, dunia ini mencetak kita dengan natur kompetisi maka perempuan lainnya juga seringkali menjadi lawan bagi sesama perempuan. Tak jarang perempuan merasakan berbagai ancaman di dunia kerjanya.
Perundungan dalam dunia kerja kebanyak terjadi di kalangan perempuan dan para permpuan memilih perempuan lainnya sebagai korban. Alasan perundunganpun seringkali didasarkan pada alasan yang tidak berdasar seprti rasa sensitifitas terhadap perempuan lainnya, munculnya kecemburuan dalam pencapaian, merasa saling bersaing dalam mendapatkan sesuatu, berpikiran negatif terhadap perubahan positif yang diperlihatkan oleh seorang perempuan lain bahkan berujung pada merendahkan perempuan lainnya.
Menjadi perempuan tidak pernah menjadi mudah, apapun statusnya dan perannya. Seringkali perempuan merasa cemas dengan kemampuannya sendiri dan menganggap rendah diri sendiri.