Hai, pembaca! Sudahkah kalian mengenal subfilum Crustacea? Crustacea adalah hewan akuatik yang terdapat di air laut dan air tawar. Beberapa contoh spesies dari subfilum ini mencakup kelompok hewan-hewan yang cukup dikenal seperti udang, lobster, udang karang, serta teritip.
Organisme-organisme yang hidup di daerah pantai atau estuari, pada kehidupan sehari-hari biasanya terekspos dengan adanya perubahan salinitas, temperatur dan sinyal eksternal lainnya. Hal-hal ini membuat organisme yang hidup di daerah tersebut memiliki cara adaptasi yang berbeda dengan organisme yang hidup di laut atau air tawar saja. Tipe adaptasi yang biasa dimiliki oleh organisme yang hidup di daerah pantai atau estuari seperti euryahilinity atau eurythermality, biasanya hanya dimiliki ketika organisme tersebut sudah beranjak dari tahap larva. Mengetahui hal tersebut, maka untuk mempertahankan populasi di daerah estuari dibutuhkan suatu bentuk adaptasi untuk melindungi larva dari lingkungan dewasa yang tidak stabil secara fisik. Salah satu bentuk adaptasi dari hal ini yaitu dengan melakukan migrasi larva atau yang biasa dikatakan ekspor larva.
Semua siklus hidup crustacea diawali dengan tahap telur yang kemudian akan menjadi larva. Tipe atau tahap larva yang pertama yaitu nauplius, walaupun tidak semua crustacea memiliki tahap ini (contoh: isopoda) tetapi tahap ini merupakan karakteristik yang penting untuk mengidentifikasi crustacea.
Nauplius memiliki tiga segmen cephalic dan pelengkap seperti: antennules, antena, dan mandibula. Nauplius memiliki mata tunggal di tengah-tengah bagian anterior. Mata ini kadang-kadang dipertahankan pada fase dewasa dan disebut sebagai mata naupliar. Nauplius berenang menggunakan antenulles dan antena.
Tahap larva yang kedua yaitu zoea, tahap ini hanya ditemukan pada kelas malacostraca. Zoea memiliki mata majemuk, segmen toraks, serta beberapa segmen abdomen atau perut. Zoea menggunakan toraks untuk berenang.
Zoea juga memiliki tempurung yang menutupi kepala dan bagian depan toraks. Tahap berikutnya yaitu megalopae atau yang biasa disebut dengan post-larvae. Pada fase tersebut, crustacea sudah memiliki organ yang lengkap seperti crustacea dewasa tetapi organ reproduksinya belum sepenuhnya terbentuk.
Pada orientasi larva menuju muara terdapat beberapa sinyal eksternal yang digunakan oleh larva dalam proses perjalanannya yaitu gravitasi & tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas dan temperatur. Perlu diingat, tidak semua dari sinyal eksternal tersebut pasti memengaruhi proses dari orientasi larva itu sendiri.
Contohnya saja cahaya yang bertindak sebagai faktor kontrol, inisiasi (faktor yang memulai proses orientasi) dan orientasi. Arti dari faktor kontrol tersebut yaitu faktor yang memengaruhi perubahan sistem visual dari organisme.
Sebagai contohnya, paparan tingkat cahaya pada siang hari akan menginduksi perubahan morfologis dan fisiologis dalam sel-sel mata, sehingga memperbesar sensitivitas mata kepada cahaya atau dengan arti kata lain meningkatkan tingkat panjang gelombang cahaya yang dapat diterima oleh sistem visual suatu organisme.
Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu proses orientasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain gravitasi & tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas dan temperatur. Selain itu, bentuk adaptasi dari crustacea yang hidup di daerah estuari yaitu retensi dan strategi ekspor. Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga ilmunya bermanfaat ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H