malam semuram wajahmu
menangis diam-diam, dalam tidur pura-pura
tak ada suara selain isak setipis angin
dan derik nafas berat dari dada tipismu
ah, bagaimana lagi aku yakinkanmu, mak?
aku lelah titipkan impian
pada batu-batu
pada roda-roda berkarat
pada tanah rengkah di balik bukit putih itu
pada tidur serupa lindur
apa salah jika kini kutitipkan impianku