Ada pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga. Bagi saya, naik KAI Commuter dari Stasiun Tugu Yogyakarta ke Stasiun Solo Balapan menjadi salah satu guru berharga itu. Banyak pengetahuan sekaligus pelajaran di setiap langkah perjalanan saya saat itu. Termasuk rasa syukur bahwa dengan pengalaman itulah, saya dapat berkesempatan mengikuti blog competition yang diselenggarakan oleh KAI Commuter dan Kompasiana ini.
Saat itu, saya adalah mahasiswa semester akhir di salah satu universitas di Yogyakarta. Traveling ke Solo adalah salah satu wishlist saya sejak menjadi mahasiswa baru di kota itu. Banyak yang berkata bahwa "belum afdol menjadi mahasiswa di Jogja kalau belum pernah main ke Solo naik KRL". Sehingga sebelum saya lulus, saya ingin membuktikan perkataan itu. Memang seberapa serunya naik KRL ke Solo?
Alhamdulillah saya berkesempatan mencoba pengalaman baru, pertama kalinya saya naik KRL. Saya bersama keempat teman saya lainnya. Beberapa dari mereka sebenarnya masih berkutat dengan skripsi dan penelitian, namun mereka meluangkan waktunya untuk memenuhi wishlist saya yang sebentar lagi akan meninggalkan Yogyakarta. Dari situ saya bersyukur memiliki teman yang tidak hanya berjuang bersama di perkuliahan, tetapi juga saling mengusahakan kebahagiaan dan keseruan kami bersama.
Kami berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta pukul sembilan pagi. Sebelum keberangkatan itu, kami heboh dan ribut karena semuanya serba mendadak, sehingga kami belum mempersiapkan bagaimana cara membayar tiket dan lain-lainnya. Untung saja, salah satu teman saya tahu dan menyarankan kami membayar dengan Gopay. Di era sekarang, di mana para generasi milenial ataupun gen Z lebih menyukai kepraktisan. Kami hanya perlu memiliki aplikasi Gojek dan saldo Gopay yang mencukupi. Bayar tiket dengan fitur Go-Transit dan nantinya akan muncul kode QR untuk discan di pintu masuk. Selain metode pembayaran tersebut, kalian juga bisa menggunakan Kartu Multi Trip. Bagi kalangan mahasiswa dan anak kos seperti kami, tarif 8000 rupiah tentunya sangat ekonomis untuk biaya transportasi kami ke Solo. Begitu juga untuk Solo -- Yogyakarta, tarifnya sama, sebesar 8000 rupiah saja. Kemudahan teknologi dan penyediaan fasilitas transportasi murah melalui KAI Commuter ini sangat terasa berdampak pada kami untuk memperlancar perjalanan.
Saat memasuki kereta, kami segera mencari tempat duduk. Kesan pertama saya, "ini akan menjadi perjalanan yang nyaman, seru, dan menyenangkan." Kereta dalam keadaan bersih dan tidak terlalu ramai penumpang. Mungkin karena kami pergi di hari kerja. Kondisi di dalam kereta pun kondusif di mana penumpang duduk dengan tertib dan petugas menjaga keamanan dan ketertiban dengan baik. Kursi prioritas pun tersedia dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Saya sudah sering naik kereta jarak jauh dengan jendela yang berada di samping kursi penumpang. Namun kali ini jendela berada di belakang kursi penumpang. Saya termasuk orang yang menyukai dan menikmati perjalanan, apalagi menggunakan kereta. Setiap perjalanan saya anggap sebagai waktu-waktu untuk merenung dan belajar. Dengan kursi penumpang yang menghadap kursi penumpang lainnya membuat saya melihat berbagai ekspresi dan gerak-gerik penumpang lainnya dengan leluasa. Mulai dari yang sendirian, hingga yang ramai-ramai seperti saya dan teman-teman. Mulai dari yang perjalanan berangkat kerja, pulang kampung, sampai yang hanya iseng ingin bermain dan berjalan-jalan menjelajah Solo. Mereka semua punya kepentingan dan tujuan masing-masing yang membuat saya lebih menghargai mereka dengan kacamata saya di berbagai sudut pandang.
Untuk penumpang pemula seperti saya, penting sekali adanya informasi rute yang terpampang di kereta. Saya jadi tahu berapa stasiun lagi yang menjadi pemberhentian, dan nama-nama stasiunnya apa saja. Setelah melewati 10 stasiun pemberhentian, akhirnya kami sampai di stasiun pemberhentian kesebelas atau yang terakhir sekaligus tujuan kami, Stasiun Solo Balapan. Kami hanya menghabiskan waktu 68 menit saja untuk akhirnya menginjakkan kaki di Solo. Itu waktu yang tidak akan terasa, apalagi sambil menikmati perjalanan. Kami puas dan senang jika dibandingkan naik kendaraan bermotor yang akan terkena macet, menyebabkan polusi, sekaligus membuat lebih lelah tentunya.
Setelah menjelajah Solo dengan segala kearifan lokalnya dari pagi hingga sore, kami pun segera kembali ke Stasiun Solo Balapan dan mengejar KRL. Kami tidak tahu jadwal keberangkatannya pukul berapa saja, sehingga kami harus bertanya ke petugas. Untungnya, kami tidak tertinggal KRL terakhir di malam itu. Ternyata jika ingin memudahkan kita dalam mengetahui jadwal keberangkatan dan beberapa informasi lain tentang KRL, kita seharusnya mengunduh aplikasi KRL Access. Oleh karena itu, jika kalian berencana bepergian menggunakan KRL, sebaiknya kalian mengunduh aplikasi tersebut terlebih dahulu. Jangan serba mendadak seperti kami, hehehe.
Alhamdulillah, akhirnya kami sampai di Yogyakarta, disambut gemerlapnya lampu jalanan dan hiruk pikuk Malioboro yang tak jauh dari stasiun. Perjalanan ke Solo menggunakan KAI Commuter menjadi salah satu pengalaman berharga dan tak terlupakan selama saya berada di Yogyakarta. Apalagi menjalaninya bersama teman dan sahabat. Perjalanan kami menjadi lebih murah, cepat, aman, dan nyaman dengan adanya KAI Commuter. Perjalanan ini sangat worth it dan recommended untuk kalian yang ingin traveling dengan budget minimal tetapi pengalaman yang didapat maksimal.
Pertanyaan saya tentang "Memang seberapa serunya naik KRL ke Solo?" akhirnya terjawab. Traveling bersama teman-teman memang seru, apalagi KAI Commuter mampu hadir dan melengkapi perjalanan itu, menjadi teman kami juga. Slogan "KAI Commuter, Teman Andalan Perjalananmu" terbukti dari serangkaian pengalaman perjalanan saya tersebut. Dan saya yakin terbukti juga dari ratusan atau ribuan pengalaman para penumpang lainnya, baik yang menuliskannya melalui kompetisi ini, ataupun yang hanya menyimpannya dalam memori perjalanan mereka. Oleh karena itu, kalian harus mencoba dan membuktikannya sendiri!