Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Otoriter vs Pendidikan Demokratik: Mana Yang Lebih Baik?

Diperbarui: 27 Oktober 2023   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

© behance.net  

Ingatkah kalian hari-hari di sekolah ketika guru bersikap otoriter, meneriakkan perintah dan menuntut kepatuhan yang ketat? ”Duduk yang rapih! Jangan bicara! Lakukan apa yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan!” dan segenap perintah lain yang sudah menjadi gaya pendidikan yang kaku ini mungkin telah menanamkan disiplin. Namun bagi banyak orang lainnya, hal ini mungkin menghambat kreativitas dan menghancurkan rasa ingin tahu.

Saat ini, ada pendekatan alternatif yang berfokus pada pendidikan demokratis yang menghargai masukan siswa dan bertujuan untuk memberdayakan generasi muda. Siswa memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri dalam lingkungan kolaboratif. Mereka belajar berpikir kritis dengan mempertanyakan asumsi dan berpikir sendiri.

Jika anda orang tua, anda mungkin bertanya-tanya gaya mana yang lebih baik. Jawabannya mungkin bergantung pada nilai-nilai anda dan kebutuhan anak anda. Namun di dunia saat ini, di mana kemampuan beradaptasi dan penyelesaian masalah sangat penting, pendekatan domekratis nampaknya lebih relevan dibandingkan sebelumnya. Teruslah membaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang paradigma pendidikan yang kontras ini dan lihat mana yang paling cocok untuk keluarga Anda. Masa depan ada di ruang kelas kita saat ini, jadi pilihan ini penting.

Apa Itu Pendidikan Otoriter?

Pendidikan otoriter adalah pedekatan Pendidikan yang menekankan kedisiplinan dan ketaatan siswa. Dalam sisitem ini guru dan orang tua memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan apa yang harus dilakukan siswa. Siswa diharapkan untuk menerima apa yang disampaikan tanpa banyak bertanya.

Dalam Pendidikan otoriter siswa belajra untuk memathi perintah dan meng hormati otoritas. Mereka jarang diberikan kesempatan untuk berpikir kritis atau mengemukakan pendapat. Siswa disiplin dan terkontrol dengan ketat. Guru menggunakan sistem punishment dan rewards untuk mengubah perilaku siswa.

Meskipun pendidikan otoriter efektif dalam hal kontrol dan efesiensi, pendekatan ini kurang menyenangkan bagi siswa. Siswa kurang termotivasi untuk belajar dan kreativitas mereka terhambat. Pendidikan otoriter juga dikritik karena gagal menyiapkan siswa menjadi pemikir yang mandiri dan kritis.

Pendidikan demokratik, di sisi lain, memberdaykan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa bekerja sama secara kolaboratif. Siswan didorong untuk mengemukakan pendapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar. Pendidikan demokratik dianggap lebih efektif dalam menyiapkan generasi yang kreatif dan mandiri.

Apa Itu Pendidikan Demokratik?

Pendidikan demokratik berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Siswa didorong untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berdebat dengan teman sekelasnya. Guru bertindak sebagai fasilitator, bukan otoritas mutlak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline