Lihat ke Halaman Asli

Negara Rawan bencana, Pentingkah Edukasi Mitigasi Bencana di Indonesia?

Diperbarui: 19 Desember 2022   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana alam, hal ini dikarenakan Indonesia yang merupakan daerah dengan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia. Beberapa bencana yang terjadi akhir-akhir ini seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi merupakan bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan mengalami bencana alam jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Pinkan selaku warga yang pernah terdampak bencana mengatakan jika ia belum mengerti mengenai mitigasi bencana akan tetapi ia tertarik untuk mempelajarinya karena maraknya bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Ia tertarik mempelajari mitigasi bencana agar dapat membantu masyarakat menjadi waspada dan mengetahui cara-cara dasar mencegah dan menanggulangi bencana alam.

Disisi lain, Siti sebagai mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta yang mengikuti kegiatan pencinta lingkungan hidup dan kemanusiaan mengatakan pengetahuan mengenai mitigasi bencana di Indonesia masih kurang terutama di daerah yang tidak rawan bencana, karena masyarakat yang masih menyepelekan bencana padahal bencana itu bisa terjadi dimana saja dan menimpa siapa saja.

“Contoh yang terjadi beberapa waktu lalu di kota Serang, ada beberapa titik di kota Serang yang tidak rawan banjir dan masyarakat di sana belum mengetahui bentuk-bentuk mitigasi bencana di daerahnya. Seperti titik kumpul, sistem peringatan dini, koordinasi dengan pihak bendungan setempat, dan lain-lain. Yang akhirnya semua ini menyebabkan masyarakatnya tidak terorganisir ketika bencana sedang terjadi,” ujar Siti, mahasiswa pencinta lingkungan hidup dan kemanusiaan UIN Syarief Hidayatullah, Minggu (4/12/2022).

Siti menyatakan jika edukasi mengenai mitigasi bencana sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia karena di Indonesia ada berbagai macam bencana yang terjadi di setiap tahunnya. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Selain itu, Indonesia terletak di zona Ring of Fire dimana terdapat banyak sekali gunung api aktif.

Aspek geografis ini menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Selain bencana geologi, bencana lain yang mengintai Indonesia adalah bencana hidrometerologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan. Bencana yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini seperti gempa di Cianjur, erupsi di Gunung Semeru, dan banjir bandang di sumedang menyadarkan akan pentingnya memberi pengajaran kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana.

“Kita gamungkin menghadapi suatu bencana dengan kepasrahan aja, harus ada usaha yang dimaksimalkan untuk meminimalisir dampak dari bencana tersebut. Usaha yang bisa kita lakuin yaitu mitigasi bencana, bisa berupa pengetahuan dan aksi nyata,“ papar Siti

Siti mengungkapkan edukasi mengenai mitigasi bencana harus diberikan sejak kecil, karena anak kecil termasuk dalam kelompok rentan saat terjadi bencana. Saat bencana sedang terjadi, kerap kali anak-anak tidak tahu harus berbuat apa. Jadi sangat penting bagi anak-anak untuk mempelajari mitigasi bencana agar mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk mencegah maupun menanggulangi bencana yang terjadi.

“Maksud dari sejak kecil di sini lebih mengarah pada penanaman nilai-nilai kepada mereka. Tetapi edukasi tentang mitigasi bencana ini penting untuk dipelajari semua kalangan usia mulai dari anak kecil, remaja, hingga dewasa dan lansia karena setiap kalangan usia ini mempunyai peran masing-masing ketika bencana sedang terjadi,” jelas Siti.

Menurut Siti di Indonesia sudah cukup menerapkan mitigasi bencana, terutama di daerah yang merupakan rawan bencana. Contohnya di daerah yang rawan terkena tsunami atau gunung meletus. Siti mengatakan masyarakat setempat memiliki kearifan lokal tersendiri dalam mitgasi bencana sehingga mereka lebih mudah menerapkannya. Contoh kasusnya terdapat suatu daerah yang masyarakatnya bisa membedakan suara dari ombak biasa dan suara dari ombak yang bisa mengindikasi terjadinya tsunami. Siti juga mengatakan ada hal yang dapat menyebabkan masyarakat lupa untuk menerapkan ilmu mitigasi yang sudah dipelajari, yaitu ketika masyarakat merasa panik akan bencana yang terjadi.

Edukasi mengenai mitigasi bencana tidak hanya penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, karena bencana tidak dapat diprediksi terjadi dimana tempatnya dan kapan waktunya. Sebagai masyarakat kita harus mempelajari mitigasi bencana agar dapat mencegah ataupun menanggulangi saat terjadinya bencana. Selain itu, sebagai manusia kita harus menjaga lingkungan agar semakin sedikit kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline