Lihat ke Halaman Asli

Pengkondisian Operant: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Diperbarui: 27 September 2023   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

B.F. Skinner adalah seorang ahli psikologi terkenal yang lahir di Susquehanna pada tahun 1904 dan memiliki kewarganegaraan Amerika. Ayahnya adalah seorang pengacara pada masa itu. Ia memperoleh gelar Master pada tahun 1930 dan gelar Ph.D. pada tahun 1940 dari Universitas Harvard. Skinner kemudian menjadi dosen di bidang psikologi di Universitas Minnesota dari tahun1936 hingga 1945. Pada tahun 1945, ia pindah ke Universitas Indiana, di mana ia menjadi kepala Deartemen Psikologi. Tahun 1948, Skinner Kembali ke Universitas Harvard. 

Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan perubahan tingkah laku dalam konteks lingkungan, seperti yang dijelaskan oleh Watson, dianggapnya sebagai deskripsi yang kurang lengkap. Skinner berpendapat bahwa respons yang diberikan oleh seorang siswa tidak dapat disederhanakan begitu saja, karena setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu sama lain dan interaksi ini akhirnya akan memengaruhi respons yang dihasilkan oleh siswa tersebut. Di samping itu, respons yang diberikan oleh siswa juga memiliki berbagai konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi ini akan memengaruhi tingkah laku siswa selanjutnya.

Untuk memahami tingkah laku siswa secara menyeluruh, Skinner menganggap penting untuk memahami respons itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Ini mengacu pada konsep pemahaman respons dan konsekuensinya, yang dijelaskan oleh Bell-Gredler pada tahun 1986.

Skinner juga mengkritik penggunaan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku, karena menurutnya hal ini hanya akan memperumit masalah. Contohnya, jika seseorang mengatakan bahwa "seorang siswa berprestasi buruk karena mengalami frustasi," pertanyaan berikutnya akan menjadi "apa itu frustasi?" Dan penjelasan tentang frustasi tersebut akan membutuhkan penjelasan lain yang mungkin semakin memperumit situasi. Skinner berpendapat bahwa pendekatan ini tidak memberikan pemahaman yang memadai tentang tingkah laku dan lebih baik fokus pada pemahaman respons dan konsekuensinya dalam memahami perilaku manusia.

Skinner melakukan serangkaian eksperimen dalam laboratoriumnya menggunakan tikus dan burung merpati yang lapar serta sebuah kotak yang dikenal sebagai Skinner Box. Eksperimen ini dilakukan untuk memahami bagaimana perilaku dapat dipengaruhi oleh konsekuensi yang diberikan kepada individu, dan ini mengarah pada pengembangan teori yang disebut Pengkondisian Operan atau Operant Conditioning. Dalam eksperimennya, Skinner menempatkan tikus dalam Skinner Box yang dilengkapi dengan berbagai elemen seperti tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Tikus yang lapar secara alami memiliki dorongan untuk mencari makanan, dan mereka berusaha untuk keluar dari kotak tersebut. Skinner mengulangi eksperimen ini berulang kali sambil mengamati perilaku tikus selama berbagai sesi percobaan.

Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa tikus bergerak secara acak di dalam kotak, mencoba berbagai cara untuk keluar dan mencari makanan. Pada suatu saat, tikus secara tidak sengaja menekan tombol tertentu, yang mengakibatkan kotak terbuka dan memberikan akses ke makanan. Namun, jika mereka menekan tombol yang salah, mereka akan mendapatkan rangsangan listrik yang tidak menyenangkan. Selama serangkaian percobaan berikutnya, Skinner memperkenalkan konsep "shaping" atau pembentukan perilaku. Ini berarti bahwa tikus-tikus tersebut secara bertahap belajar perilaku yang akan membantu mereka mendapatkan makanan (seperti menekan tombol yang benar) dan menghindari perilaku yang akan menyebabkan mereka tersengat listrik (seperti menekan tombol yang salah). Proses ini melibatkan pemberian konsekuensi yang sesuai terhadap perilaku yang diinginkan dan menghilangkan atau mengurangi konsekuensi yang tidak diinginkan.

Eksperimen Skinner ini menghasilkan teori yang dikenal sebagai Pengkondisian Operan atau Operant Conditioning. Teori ini menyatakan bahwa perilaku operan, yaitu perilaku yang aktif dilakukan oleh individu, dapat diubah, ditingkatkan, atau bahkan dihilangkan melalui penggunaan konsekuensi. Konsekuensi positif (seperti memberikan makanan) cenderung meningkatkan perilaku yang diinginkan, sedangkan konsekuensi negatif (seperti tersengat listrik) cenderung mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Dengan menggunakan prinsip-prinsip ini, Skinner mengembangkan pemahaman mendalam tentang bagaimana belajar dan pengendalian perilaku dapat terjadi dalam lingkungan eksperimental.

Teori Behavioristik adalah salah satu teori belajar yang memiliki dampak besar terhadap pengembangan teori dan praktik pendidikan. Dampak ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran mulai dari tingkat paling awal, seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan bahkan hingga ke Perguruan Tinggi.

Pendekatan pembentukan perilaku yang sering digunakan dalam konteks ini adalah dengan metode drill atau pembiasaan, yang melibatkan pengulangan dan latihan berulang-ulang agar siswa memperoleh keahlian atau keterampilan tertentu. Proses ini juga diperkuat dengan reinforcement atau pemberian hadiah sebagai bentuk penguatan positif untuk merangsang siswa melakukan perilaku yang diinginkan. Di sisi lain, hukuman juga dapat digunakan sebagai bentuk pengendalian terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

Secara umum, pendekatan ini menekankan pentingnya respons yang dihasilkan oleh siswa terhadap stimulus tertentu, dan bagaimana respons tersebut dapat diubah atau ditingkatkan melalui metode pembelajaran yang terstruktur dan pemberian konsekuensi yang sesuai. Meskipun teori Behavioristik telah memberikan kontribusi signifikan dalam dunia pendidikan, pendekatan ini juga telah mengalami evolusi seiring berjalannya waktu dengan perkembangan teori-teori belajar lainnya seperti kognitif, konstruktivis, dan kontekstual yang memberikan pendekatan yang lebih holistik terhadap pendidikan.

Sumber Refrensi : 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline