Kerjasama ekonomi antara Taiwan dan Amerika Serikat menuai persoalan. China yang selama ini berkonflik dengan Taiwan, menjadi negara yang sangat progresif dengan keadaan Taiwan. Terutama pada saat kerjasama ekonomi dengan AS semakin digalakkan. China merasa tertantang dengan adanya kerjasama tersebut yang dirasa memberikan kekuatan terhadap Taiwan untuk meningkatkan ekonomi negaranya.
Secara tidak langsung, AS menggeser posisi China semakin mundur untuk mendapat posisi strategis dalam mempengaruhi perputaran ekonomi dunia. Lalu, apa alasan Taiwan dan Amerika Serikat terus melanjutkan kerjasama? Apa yang membuat China semakin gencar dalam menanggapi kerjasama Taiwan dan AS?
Pasti terdapat alasan yang melatarbelakangi Taiwan semakin meningkatkan kerjasamanya dengan Amerika Serikat. Menurut wakil menteri luar negeri Taiwan, John Deng, kerjasama dengan AS diharapkan dapat melindungi rantai pasokan Taiwan. Selain itu, Taiwan juga ingin meningkatkan teknologi, telekomunikasi, serta kesehatan dalam mewujudkan keamanan negara yang masih selalu diintervensi oleh Negara China. Taiwan semakin menunjukkan dirinya sebagai negara yang berdaulat ketika perjanjian dengan Negara AS disepakati akan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan. Bahkan hal tersebut direncanakan akan di perpanjang lagi setelahnya.
Hubungan panas antara China dan Taiwan tidak luput dari sejarah masa lalunya. Pada tahun 1949, terjadi perang saudara di wilayah Beijing yang menyebabkan para nasionalis Kuomintang (KMT) melarikan diri ke Taipei. Kemudian, di wilayah tersebut, Chiang Kai-shek sebagai pemimpin golongan ini membentuk struktur pemerintahannnya sendiri. Kemudian setahun sesudahnya, Taiwan akhirnya menjadi sekutu negara AS yang membantu mengamankan wilayah ini dari serangan China.
Disisi lain, Amerika melakukan hubungan diplomasi dengan China melalui badan PBB. Diplomasi tersebut menghasilkan keputusan bersama mengenai kebijakan "satu China". Namun, meski demikian, Negara Amerika tetap berwacana untuk mempertahankan wilayah Taiwan dan tetap menjalani hubungan baik dalam sektor perniagaan dan militer di Taipei.
Upaya China dalam merebut kembali wilayah Taiwan dilakukan dengan cara penekanan militer. Beberapa jumlah penerbangan militer dibangun di dekat Taiwan. Intensitas pelatihan militer juga dilakukan secara masif oleh China. Hal tersebut menumbuhkan persepsi negeri Taiwan bahwa Beijing sedang bersiap untuk melakukan perang.
Selain dengan penekanan militer, China juga melaksanakan hubungan diplomatik dengan pemerintah Taiwan. Namun, hal tersebut tidak akan pernah bisa menarik Taiwan untuk kembali menyatu dengan China. Karena menurut Tsai, sebagai pemimpin rakyatnya di Taipei, China tidak pernah memberinya ruang kebebasan serta tidak demokratis. Sehingga, Tsai lebih memilih merdeka dengan wilayahnya yang disebut dengan Republik China.
Tidak hanya melalui militer dan hubungan diplomasi, China juga menyerang ekonomi Taipei guna melemahkan pemerintahannya. China sempat menjatuhkan pajak terhadap produk utama Taiwan yaitu pertanian dan manufaktur. Hal tersebut disebabkan oleh kunjungan pejabat AS ke Taiwan yang turut membantu negara ini dalam menghadapi konflik dengan China. Sebagai negara yang berhubungan baik dan memiliki ideologi yang sama, Amerika merasa perlu turun tangan ketika nilai demokrasi di negeri tersebut terancam.
Namun, China merasa terganggu dengan sikap Amerika yang dirasa telah ikut campur terhadap masalah negaranya. Sehingga, China kemudian menunjukkan badan militernya melalui enam zona latihan di dalam air defense identification zone (ADIZ). Secara militer jelas Taiwan tertinggal jauh dengan China. Bahkan China menduduki urutan ke-3 negara di dunia dalam sektor militer. Oleh karena itu, menghadapi reaksi China tersebut, Amerika lalu mengerahkan angkatan laut militernya.
Perbuatan Amerika yang seakan mengintervensi konflik antara Taiwan -- China menimbulkan berbagai asumsi. Dapat dikatakan Amerika memiliki tujuan lain dalam melakukan kerjasama dengan Taiwan. Tidak hanya dilatarbelakangi oleh hubungan diplomasi kedua negara, namun Amerika juga memanfaatkan kesempatan konflik di Taiwan untuk dapat menekan China yang menyaingi ekonomi Amerika. Secara tidak langsung, Amerika melakukan perlawanan kepada China dan menunjukkan secara jelas rasa tidak sukanya terhadap prestasi negara tirai bambu ini.
China mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan, dalam bidang militer negara ini mampu menyaingi Amerika dan Rusia. Selain itu, teknologi dan energi terbarukan diproduksi China dengan kualitas yang baik dan dalam jumlah yang sangat fantastis. Bahkan GDP China berhasil menyaingi Amerika Serikat terutama pada saat pasca Covid-19. Hal tersebut yang menjadikan perhatian negara lain terhadap China meningkat.