Lihat ke Halaman Asli

Rani Sabila

Penuang rasa

Di Mana Bapak Tukang Parkir Itu?

Diperbarui: 30 Oktober 2021   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sore tadi dikala saya membuka notice dari kompasiana mengenai topik pilihan, di mana tertulis tentang pekerja informal. Setelah saya baca ternyata di dalamnya ada sedikit menyinggung tukang parkir.

Hal ini mengingatkan saya akan sebuah peristiwa, bukan peristiwa sih tapi lebih ke pengalaman atau kejadian yang pernah terjadi. 

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang ada di Lampung. Salah satu kebutuhan yang paling penting bagi mahasiswa adalah buku. Terlebih jika mahasiswa semester akhir, akan lebih membutuhkan buku guna menggarap tugas akhir atau skripsi. Buku-buku ini biasanya didapat dari meminjam di perpustakaan. Tapi, akan lebih baik jikalau memiliki atau membelinya sendiri. 

Beberapa bulan berlalu, rupiah demi rupiah saya kumpulkan, entah itu sisa uang jajan dari orangtua, atau dari hasil saya bekerja. Sebenarnya sih saya belum bekerja, hanya saja ada sedikit rizky yang Tuhan berikan melalui sedikit ilmu yang saya dapatkan.

Sebagai tabungan, uang tersebut saya belanjakan untuk membeli buku. Ceritanya mau nabung buku nih, bukan nabung uang. Sebab, uang jika ditabung pasti akan terpakai apalagi nabungnya hanya di rumah secara mandiri. 

Sampailah saya di sebuah toko buku, di mana saya masuk dan memilih-milih buku yang saya butuhkan. Setelah selesai, ada tukang parkir di luar, motor saya di tutup kardus agar tak kepanasan, kemudian setelah saya keluar motornya  dibalikkan, lalu saya di sebrangkan. Sungguh baik bapaknya, padahal hanya dengan membayar dua ribu rupiah yang mungkin bagi orang-orang besar tidaklah berharga uang segitu. Tapi bagi orang-orang kecil amatlah berharga.

*

Beberapa bulan berlalu, teman saya akan seminar proposal. Karena dikabarkannya mendadak dan saya bingung hendak memberikan apa untuk hadiah. Mampirlah saya ke toko buku tersebut. Dengan terburu-buru saya mengambil buku yang cocok, kemudian saya bayarkan, kalau ga salah dulu harganya 50 ribu. 

Ketika itu uang saya pas dan hanya tinggal 100 ribu gak kurang dan ga lebih.  Lalu, saya keluar. Saya lupa bahwa saya tidak memiliki uang untuk membayar parkir. Saya berikannya uang tersebut, tapi bapaknya menolak, dengan terburu-buru dan bingung ternyata saya dibiarkan tidak membayar parkir. Beberapa hari berlalu, saya kembali ke toko buku itu. Saya berniat hendak membayar parkir yang tempo itu belum saya bayarkan. Ternyata, bapak tukang parkir itu tidak ada, bahkan tidak ada yang menunggu motor saya. 

Beberapa hari berlalu, saya kembali ke toko buku. Bapak tersebut tidak lagi ada, tetapi malah ada tukang parkir baru. Ya Allah, kemana bapak tukang parkir kemarin.

Dengan penyesalan, dan saya selalu terbayang-bayang.  Saya berharap dapat bertemu lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline