Lihat ke Halaman Asli

Rania Wahyono

TERVERIFIKASI

Freelancer

Memaafkan Tanpa Melupakan: Seni Melepaskan dan Belajar dari Masa Lalu

Diperbarui: 11 Agustus 2024   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang yang saling memaafkan. Foto: pexels.cim/Ketut Subiyanto: 

Memaafkan mungkin lebih mudah untuk diucapkan daripada melakukannya. Kita mungkin telah memaafkan beberapa orang di masa lalu, tetapi sering kali masih merasa tidak nyaman dan kesal saat berurusan kembali dengan mereka bahkan ingin menghindari bila bertemu. 

Forgive but Not Forget atau memaafkan tapi tidak melupakan. Kutipan nasihat bijak ini mungkin terdengar kontradiktif, namun sebenarnya mengandung prinsip dan nilai-nilai kebijaksanaan mendalam yang dapat membantu kita menjalani kehidupan dengan hati lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.

Lebih Sulit Mana Melupakan atau Memaafkan?

Bagi sebagian orang merasa bahwa memaafkan jauh lebih sulit dibandingkan melupakan. Ini tergantung pada bagaimana peristiwa tersebut menimpa seseorang dan caranya untuk memproses emosi, trauma, dan pengalaman pribadi.

Untuk memaafkan sering kali melibatkan proses emosional yang mendalam untuk melepaskan energi negatif seperti marah, sakit hati, dan dendam yang sering kali terasa sulit, terutama jika luka yang ditimbulkan sangat dalam. Butuh komitmen dan upaya untuk benar-benar membebaskan diri dari rasa sakit.

Apalagi jika kaitannya dengan ego dan perasaan bahwa seseorang harus mendapatkan keadilan. Banyak orang merasa bahwa dengan memaafkan, mereka seolah-olah membiarkan pelaku lepas begitu saja tanpa harus menanggung konsekuensi atas perbuatannya.

Memaafkan bisa dianggap sebagai tanda kelemahan, sehingga membuat lebih sulit untuk dilakukan. Ada tekanan sosial atau internal agar "tetap kuat dan berjuang" atau "jangan membiarkan orang lain menang," yang bisa membuat seseorang lebih sulit untuk memaafkan.

Melupakan meskipun sulit, mungkin terjadi secara alami karena ingatan yang memudar seiring berjalannya waktu. Atau karena seseorang memilih untuk tidak lagi fokus pada peristiwa tersebut. Namun lebih memilih untuk fokus akan masa depan dan tidak hidup di masa lalu.

Memaafkan bisa lebih sulit jika seseorang menjadi khawatir bahwa dengan memaafkan, mereka seakan-akan membuka diri untuk disakiti lagi. Ini terutama berlaku dalam sebuah hubungan di mana ada pola perilaku yang menyakitkan berulang yang melibatkan banyak perasaan yang saling bertentangan seperti cinta, kebencian, rasa sakit, dan harapan. Mengelola semua perasaan tersebut dan menemukan jalan untuk memaafkan bisa menjadi proses yang panjang dan sulit.

Dalam kasus dengan pola berulang memaafkan membutuhkan keberanian dan kepercayaan bahwa situasi tersebut tidak akan terulang. Contohnya pernah diselingkuhi, putus hubungan secara sepihak, dan di ghosting atau ditinggal begitu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline