Lihat ke Halaman Asli

Rania Wahyono

Freelancer

Paradoks Kebahagiaan: Mengapa Kebahagiaan Semakin Menjauh Saat Dikejar?

Diperbarui: 6 Agustus 2024   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang yang selalu mengejar kebahagiaan dalam hidupnya. | Foto: Pexels.com/James Gana

Banyak dari kita telah menghabiskan waktu dan energi untuk mencari cara agar selalu merasa bahagia. Ada yang mengartikan kebahagiaan sebagai banyaknya uang yang dimiliki, ada juga yang mengartikannya sebagai kesuksesan karier, memperoleh kekuasaan, menjadi pemenang dalam mendapatkan cinta atau telah memiliki segalanya.

Kenyataannya jika kita menginginkan sesuatu di luar kemampuan hanya akan membuat frustasi. Terus menerus mengejar kesuksesan dan mencari kekayaan tanpa ada habisnya, tanpa mengenal waktu dan tanpa ada jeda. Selalu akan ada jalan baru yang lebih lebar yang ingin dilalui dengan segera. Hingga tanpa disadari timbul rasa lelah, stress dan frustasi.

Mungkin kamu telah berhasil mencapai tujuanmu namun tidak sempat untuk benar-benar menikmatinya. Ternyata setelah mendapatkannya, kebahagiaan itu tidak bertahan lama dan hilang begitu saja. Dan kamu telah kehilangan banyak waktu berharga atas momen-momen istimewa yang datang untukmu.

Mengapa semakin mengejar kebahagiaan seakan semakin sulit didapatkan. Inilah yang dikenal sebagai Happiness Paradox atau paradoks kebahagiaan, di mana semakin kita mengejar kebahagiaan justru semakin menjauh dan sulit untuk mencapainya.  

Apa Itu Paradoks Kebahagiaan?

Paradoks Kebahagiaan atau Happiness Paradox adalah upaya yang intens untuk mencari kebahagiaan yang sering kali mengakibatkan berkurangnya kebahagiaan itu sendiri. Jadi kalau kita terus-menerus mencari kesenangan atau kebahagiaan justru tidak akan bertemu dan merasakan kebahagiaan atau kesenangan yang sesungguhnya.

Seperti misalnya mengejar kekayaan. Banyak orang percaya bahwa uang akan membawa kebahagiaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, tambahan kekayaan tidak secara signifikan meningkatkan kebahagiaan justru menambah beban pikiran dan stress.

Terlalu fokus mengumpulkan kekayaan mungkin mengorbankan waktu bersama keluarga dan teman-teman, yang sebenarnya adalah sumber kebahagiaan yang lebih besar.

Contoh lainnya adalah mengejar popularitas. Di era digital sekarang banyak orang berusaha keras untuk menjadi populer dan disukai oleh semua orang dengan tujuan meraih follower atau views sebanyak-banyaknya. 

Terus-menerus berusaha mendapatkan like atau validasi dari orang lain dapat menyebabkan kecemasan dan stress yang akhirnya menciptakan perasaan kurang bahagia. Lebih baik fokus pada hubungan yang lebih autentik dan bermakna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline