Layanan internet berbasis satelit Starling resmi hadir di Indonesia usai diresmikan langsung oleh CEO SpaceX dan Tesla Inc, sekaligus pemilik layanan internet Starlink, Elon Musk di Bali. Peresmian sekaligus uji coba jaringan internet Starlink digelar di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Denpasar Timur, Bali pada hari Minggu (19/5/2024).
Starlink sendiri sebenarnya sudah mulai masuk ke Indonesia sejak November 2022 namun belum menyasar untuk konsumen retail. Starlink telah kerja sama melalui skema business to business (B2B) dengan Telkom Satelit Indonesia (anak usaha Telkom Group) serta Smartfren untuk penggunaan satelit.
Starling mengklaim memiliki akses dan kecepatan internet yang lebih cepat dan jangkauan luas hingga ke pelosok terpencil termasuk di wilayah 3T(Tertinggal, Terdepan dan Terluar)
Benarkah demikian? Seperti apa spesifikasi dan cara kerja Starling. Apa yang membedakannya dengan layanan internet dalam negeri yang sudah ada dan bagaimana nanti dampaknya pada kemajuan di berbagai sektor di Indonesia. Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Perbedaan Starlink dengan Layanan Internet di Indonesia
Starling merupakan bagian dari produk SpaceX yang selama ini banyak melakukan manuver bisnis dalam merancang masa depan dunia lewat pengembangan teknologi.
Dengan menggunakan konstelasi satelit berbasis orbit rendah bumi (Low Earth Orbit/LEO) yang berada sekitar 340 km hingga 1000 kilometer di atas permukaan bumi untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memiliki jaringan fiber optik. Data internet dari bumi dikirimkan ke satelit melalui gelombang radio, karena itu banyak yang menyebut Starlink adalah internet jalur langit.
Dengan ribuan satelit yang beroperasi secara bersamaan, Starlink mampu menawarkan bandwidth yang lebih tinggi dan kecepatan internet cepat hingga 220 mpbs bukan hanya di daratan namun juga untuk berpergian atau jelajah hingga untuk aviasi penerbangan udara dan juga kebutuhan maritim kelautan.
Sejak peluncuran pertama satelit Starlink pada tahun 2019, jaringan satelit Starlink telah berkembang menjadi 5.000 lebih satelit di orbit rendah bumi. Dan kedepannya akan terus ditambah hingga 12.000 satelit. Ini sesuai dengan ambisi Elon Musk untuk mengkoneksikan seluruh dunia di bumi dengan satelit Starlink.