Indonesia dan perkeretaapian memiliki sejarah panjang sejak zaman Hindia Belanda karena awal mula jaringan rel kereta api di Indonesia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1864.
Oleh karena itu setelah Indonesia merdeka Belanda banyak meninggalkan bangunan stasiun dan jalur kereta api, salah satunya adalah jaringan rel kereta api dari Solo menuju Wonogiri dan berakhir di Baturetno.
Jalur kereta ini terbilang unik karena satu-satunya jalur rel kereta api di Indonesia yang terletak di pusat kota berdampingan dengan kendaraan yang lalu lalang di sepanjang jalan protokol utama kota Solo.
Sejarah Jalur Kereta Solo Wonogiri
Kota Solo dulunya pernah memiliki jalur trem menggunakan kuda sebagai tenaga penariknya yang dikelola oleh Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM). Perusahaan trem kuda swasta SoTM membangun jalur trem mulai dari Stasiun Jebres ke arah barat menuju Stasiun Purwosari Solo dan berakhir di Stasiun Boyolali.
Jalur tersebut merupakan jalur lintasan perekonomian kota Solo kala itu melewati Benteng Vastenburg, pasar Gede dan pabrik Gula Gembongan. Maka tak heran mayoritas pengguna trem adalah kaum saudagar, priyayi serta juragan perkebunan dan kemungkinan juga dikarenakan ongkosnya yang dirasa mahal untuk wong cilik.
Tahun 1899 SoTM tidak dapat melanjutkan kiprah bisnisnya karena banyak kuda yang terjangkit penyakit dan mati. Akhirnya SoTM menjalin kerja sama dengan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatsschappij (NISM) sebuah perusahaan kereta api swasta untuk mengganti tenaga kuda dengan lokomotif tenaga uap dan selesai pada tahun 1908.
Tiga tahun kemudian tepatnya pada tanggal 1 Januari 1911 jalur trem milik SoTM secara resmi diambil alih oleh NISM sekaligus memiliki hak penuh atas jalur trem di kota Solo sampai Boyolali. Itulah mengapa jalur kereta ini berada di sepanjang jalan utama jantung kota Solo.