Lihat ke Halaman Asli

Rania Wahyono

TERVERIFIKASI

Freelancer

Pentingnya Pola Komunikasi yang Baik Karena Kita Tidak Bisa Membaca Pikiran Orang Lain

Diperbarui: 19 Desember 2023   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjadinya salah paham karena pola komunikasi yang tidak baik. Foto: pexel.com/Vera Arsic

Semenjak anak-anak sampai dewasa kita selalu berurusan dan berkomunikasi dengan orang lain. Baik terkait dengan pendidikan, pekerjaan, pertemanan atau bahkan percintaan dan satu-satunya cara untuk bisa memiliki relasi yang baik dengan orang lain terkait hal-hal tersebut adalah dengan cara memiliki pola komunikasi yang baik.

Ketika kamu memahami pola komunikasi yang baik, kamu akan dapat meningkatkan kualitas hubungan yang baik dengan orang lain. Peningkatan kualitas ini nantinya akan berpengaruh juga ke berbagai hal mulai dari membangun lingkungan kerja yang terbuka dan nyaman hingga kemampuan leadership yang baik misalkan sebagai atasan, pemilik usaha atau ibu rumah tangga sehingga bawahanmu atau pekerja rumahmu akan merasa nyaman berkomunikasi denganmu.

Kamu harus lebih sabar jika berhadapan dengan orang yang memiliki pola komunikasi pasif karena mereka sulit untuk mengekspresikan diri mereka, susah untuk bilang tidak dan cenderung mengalah kepada orang lain.

Jadi tidak jarang sering menimbulkan miskomunikasi dan emosi negatif yang terpendam karena mereka tidak bisa mengutarakan apa yang ada dikepala dan emosi yang mereka rasakan. Namun disaat yang bersamaan mereka juga termasuk orang yang menghindari konfrontasi atau perdebatan dengan orang lain.

Kebalikan dari komunikasi pasif adalah pola komunikasi agresif dimana orang yang menerapkan pola komunikasi agresif ini biasanya memiliki keinginan untuk mendominasi segalanya.

Bentuk komunikasi agresif ini memiliki pemikiran bahwa sayalah yang benar serta jarang mau mendengarkan pendapat orang di sekelilingnya dengan baik. Biasanya juga disertai dengan nada suara tinggi, kata-kata kasar, ekspresi mata melotot, emosi yang meluap-luap dan keinginan untuk selalu mengontrol orang lain dengan cara intimidasi, kritik tajam, atau selalu menyalahkan orang lain.

Kasus pembunuhan dosen UIN Raden Mas Said Solo, Wahyu Dian Silviani yang tewas dibunuh oleh buruh bangunan yang merenovasi rumah korban dikarenakan pelaku sakit hati ditegur korban dengan kata-kata kasar semenjak pagi hingga sore padahal pelaku merasa sudah bekerja dengan baik.

Menurut pengakuan pelaku, korban terus-menerus mencerca dengan kata-kata kasar yang menghina dengan nada emosional. Pelaku tidak bisa melawan dan membantah korban dan memendam rasa sakit hati menjadi dendam yang dilampiaskan dengan menghabisi nyawa korban. 

Kasus tersebut di atas adalah contoh dari pola komunikasi pasif yang dimiliki pelaku berhadapan dengan korban yang memiliki komunikasi agresif. Karenanya sangat penting dan perlunya untuk memahami pola komunikasi dan kapan hal itu harus digunakan. 

Artinya ketika berurusan dengan orang lain kamu harus dapat berkomunikasi dengan baik karena tidak semua yang menjadi lawan bicaramu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan yang pasti kamu tidak bisa membaca pikiran orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline