Lihat ke Halaman Asli

"Masalah oooh Masalah"

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang, enggan rasanya bila aku dihadapkan dengan sesuatu hal yang bernama "masalah". Karena  biasanya itu mengganggu zona kenyamananku. Dan alhasil, sikap yang kuambil biasanya terlalu hati-hati dan terkesan menghindar dari masalah. Hal itu ternyata sangat tidak menguntungkan bagi diriku khususnya perkembangan jiwaku. Hatiku selalu diliputi rasa takut, gelisah, cemas yang berlebihan, galau, sedih yang kadang diselingi dengan tumpahan air mata. Hal yang sama sekali tidak memberikan rasa nyaman dan membuatku lelah.

Seiring dengan berjalannya kehidupan, otomatis "masalah" pun semakin banyak berdatangan dengan bentuk, rasa dan rupa yang berbeda. Tidak ada yang mampu kujadikan untuk tempat berbagi, sehingga aku semakin dalam terperosok dalam keterombang-ambingan ombak kegelisahan. Air mata semakin membanjir, nafasku sesak, bibir semakin mengerucut, aktivitas ku jalani tanpa semangat, dan yang pasti aku kehilangan rasa riang yang begitu berwarna. Inginku kembali ke masa bocah, yang penuh canda tawa riang. Namun itu hal yang mustahil, karena aku berada dalam kehidupan nyata bukan khayalan. Aku pandang wajahku dicermin, dan aku terpana melihat bayangan yang tampak di sana. Terlecut kata dari hatiku, bahwa aku sangat tidak bersyukur.

Mataku, walau tidak seindah bintang kejora namun masih mampu melihat dengan jelas segala hal yang menjadi ciptaan-Nya

Hidungku, walaupun tidak mancung namun masih mampu menghirup udara yang ada disekelilingku

Bibirku, masih mampu membentuk seuntai senyum yang bisa dibilang manis

Dan alhamdulillah, aku  memiliki fisik yang utuh, tanpa cacat yang membuat aku mampu bersikap normal dalam setiap aktifitas.

Air mataku langsung mengalir deras, tanpa mampu kubendung. Ya Allah, betapa tidak bersyukurnya aku selama ini. Betapa meruginya aku karena menyia-nyiakan apa yang telah menjadi ketentuan-Mu. Betapa sombongnya aku karena merendahkan apa yang menjadi penciptaan-Mu. Banyak yang lebih cantik, kaya dan  berpendidikan, namun mereka mampu mengerti arti dari rasa syukur. Sedangkan diriku ini????..Malu sekali rasanya..hikz..

Kucoba bangkit dari keterpurukanku, kucoba menjadikan masalah itu sebagai bagian dari perjalanan hidupku, menjadikannya teman sejatiku, dan rasanya memang lebih nyaman. Aku tidak merasa takut lagi, semangatku semakin bertambah, senyumku menghias wajahku, dan yang pasti hati ini menjadi selalu bersyukur atas setiap apa yang kuterima. Aku mulai bersahabat dengan rasa sabar, mulai mendekatkan diri dengan rasa ikhlas dan mulai membuka mata bahwa setiap hal yang kualami adalah sudah menjadi ketentuan-Nya. Dan yang jelas, aku masih termasuk di dalam zona keberuntungan, karena masih banyak yang lebih tidak beruntung bila dibandingkan denganku.

Memang, pendewasaan diriku ini terlambat datangnya, namun itu lebih baik daripada tidak datang sama sekali. Mungkin, ada yang menganggap ini hal yang wajar atau tidaklah wajar. Namun, ku tak pedulikannya. Karena, inginku saat ini adalah menjadi seorang wanita yang istimewa. Istimewa bagi suami, keluarga dan kedua orang tuanya.


Cat : sekedar tulisan untuk menghilangkan kepenatan...Salam Semangat untuk kompasianers..*()*

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline