Lihat ke Halaman Asli

Untung Saya (Bukan) Dukun

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:D

Saya dapat arahan (baca:bentakan) lagi dari atasan. Katanya saya salah, padahal jelas itu semua terjadi karena ia gagal paham dan mulai lupa (yang ini baca: pikun). Gagal faham bisa diperbaiki, itupun kalau ia mau untuk melunakkan sedikit keras kepalanya. Tapi kalau soal pikun? Saya angkat tangan, ini penyakit stadium 4 bagi seorang pejabat. Itu sebabnya, saya fikir usia pensiun tidak perlu sama untuk semua orang, karena kepikunan bisa datang lebih cepat. Dan itu PARAH bagi seorang atasan. Tapi jujur, bapak ini sungguh beruntung karena mendapatkan bawahan seperti saya, yang belajarnya hanya di jalur pendidikan formal saja, dan tidak pernah belajar ilmu ke dukun. Kalau sempat belajar sedikit saja, bisa menyerang lawan dari jarak jauh hanya dengan modal limau puruik dan paku berkarat. Atau membuat lawan kepanasan dan meraung sakit hanya dengan sedikit jampi-jampi. Bisa gawatkan ini jika dipraktekkan ke atasan. Untung saja saya tidak pernah belajar  Ya, saya tahu, sekarang ya bersabar saja dulu, semoga saat tua nanti saya tidak demikian. Semoga masih bisa berfikir jernih, dijauhkan dari kepikunan dan mau menerima masukan dari orang yang lebih kecil. Dan kalaupun nanti menjadi atasan dan sedikit keras kepala, saya berharap semoga bawahan bukanlah alumni sekolah dukun

:mrgreen:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline