Lihat ke Halaman Asli

Laki-laki Harus Menangis

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangis Pertama

“anak bujang indok buliah manangih doh”1).

Itulah kalimat ‘doktrin’ yang diucapkan nenek setiap kali saya terjatuh di waktu kecil. Boy don’t cry, mungkin begitulah terjemahannya jika nenek saya lahir di Inggris. Ahmad Dani musisi Indonesia yang “berbau” yahudi juga menulis lirik yang hampir sama dengan doktrin nenek; “anak laki nggak boleh nangis”. Kemudian dinyanyikan oleh anak-anaknya. Seolah menangis hanyalah hak perempuan. Identik dengan kelemahan, ketidakberdayaan melawan kekuatan, dan perempuan adalah sarangnya, bukan laki-laki. Sehingga ketika ada laki-laki yang menangis maka pastilah menjadi bahan tertawaan. Lamah bana. Tangis, tawa, marah adalah ekspresi rasa di dalam jiwa. Jika menangis adalah sesuatu yang tabu bagi laki-laki maka akan ada rasa yang tidak tersalurkan dalam ekspresi yang tepat. Sesuatu yang mesti disalurkan lewat airmata tidak bisa diganti dengan lepasnya tawa. Jika terlalu lama di tahan, justru akan menimbulkan efek lain yang lebih parah. Semakin tertekan, depresi yang berujung pada tali gantungan atau tusukan pisau. Menangislah, karena ada beban yang bisa sedikit kau longgarkan dengan menangis. Menangislah dalam sendiri, dan kau akan semakin kuat ketika menangis. Karena tangis laki-laki adalah puncak paling akhir dari seluruh perjuangannnya untuk bertahan melawan badai. Tangis laki-laki adalah semangat baru untuk kembali bangkit. Tangis laki-laki adalah air mata peruntuh benteng-benteng, sebagaimana halnya airmata perempuan. Tapi ingat menangisnya seorang laki-laki bukan pada setiap tumpukan beban hidup yang di alaminya. Hanya pada puncak yang tak tertahankan saja. Menangisnya seorang laki-laki bukan karena jatuh dari motor, bukan karena terluka di medan perang, bukan karena sendalnya hilang, bukan karena cucian yang banyak, bukan karena belum makan, bukan karena hari yang panas atau hujan yang lebat. Bukan karena kesibukan menjadi panitia seminar. Bukan karena hal remeh temeh demikian, jika kau menangis karena hal-hal kecil, izinkan aku tertawa untukmu. Kau sungguh bukan laki-laki. Tahukah kau, Rasulullah terluka di perang Uhud, dilempari batu di Thaif, tapi tak ada tangis dimatanya. Tangis Kedua

Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka : mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalam berjaga di jalan Allah ( HR Tirmidzi )

Menangislah.. Wahai laki-laki yang mengikrarkan dirinya di jalan Allah, yang telah menginfakkan jiwa dan raganya di jalan da’wah. Menangislah dalam doa panjang shalat malammu, disanalah kau mengadukan seluruh beban hidupmu, amanah yang berat dan masalah yang menumpuk. Menangislah dalam tiap surat Alquran yang kau baca karena takut akan azabNya, rindu akan rahmatNya dan syukur atas nikmatNya. Para sahabat menangis setiap kali mendengar ayat tentang azab dibacakan. Tangis yang bukan dibuat-buat. Menangis lantaran kandunagn ayat yang merasuk ke dalam qalbu; buah kekhusyukkan dan sensitifitas hati. Menangis bukan karena riya atau sum’ah ( ingin di dengar orang lain ) Ingatlah akan suatu hari dimana Rasullah menangis setelah Beliau meminta Abdullah ibn Mas’ud membacakan Alquran hingga sampai surat An-Nisa ayat 41. Rasulullah itu manusia agung, ia laki-laki juga, dan ia menangis. Tapi tangis yang berbeda dengan “kecengengan” kita. Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al quran) yang diturunkan kepada Rasulullah, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui ( Al-maidah : 83 ) Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahun sebelumnya, apabila (Alquran) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud, dan mereka berkata “ mahasuci Rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk ( Al Isra 107-109 ) Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka : mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalam berjaga di jalan Allah ( HR Tirmidzi ) Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah Ta’ala sehingga air susu kembali ke payudara. Tidak akan bertemu debu-debu yang (diperoleh) di jalan Allah dan asap neraka Jahanam ( HR. Tirmidzi ) Maka para laki-laki aktivis da’wah (ikhwan, kecek  urang-urang), haruslah menangis karena takut kepada Allah. tangis yang akan menjauhkannnya dari maksiat dan api neraka. tangis yang hadir dalam setiap kekhusyukan hatinya karena membaca Alquran. —————————————– 1) bahasa minang : anak laki-laki tidak boleh menangis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline