Keunikan Landasan Pesawat Berau
United Kingdom memiliki Gibraltar Island di teritori sisi selatan Spanyol dimana kawasan landing dan take-off nya menggunakan jalan raya (bahkan lampu merah jalan raya), yang mengharuskan kendaraan bermotor berhenti sejenak di lampu merah untuk menunggu sebuah pesawat bersiap terbang atau mendarat. Hongkong pun memiliki bandara di tepian laut yang katanya memberikan pemandangan yang cukup indah.
Indonesia tidak kalah, setidaknya Berau merupakan salah satu kota yang memberikan pengalaman “Indah” dengan “keunikan” landasan pesawat di bandara Kalimarau (singkatan dari Kalimantan-Berau).
Setelah penerbangan pertama menuju Berau (sebelah Timur tenggara Kaltim) menggunakan pesawat yang masih berbaling-baling ria menyisakan pengalaman pertaruhan nyawa, kali ini pengalaman mendebarkan lainnya pun kembali saya rasakan pada kesempatan kedua mengunjungi Berau. Untungya ketika itu saya dan teman-teman tim DKI sudah menggunakan pesawat Boeing 737 yang seperti penerbangan komersial lainnya. Konon, itu merupakan periode pertama dibukanya jalur komersial Berau-Balikpapan menggunakan pesawat komersial berukuran sebesar itu.
Tentu saja penerbangan terasa jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan berbaling-baling ria. Namun mata saya terperangah ketika melihat ada kumpulan massa di dekat landasan pac
u. Satu mobil pemadam kebakaran yang sedang menyala lengkap dengan lampu biru dan merahnya bahkan sudah menunggu di sisi landasan. Walah, ada apa gerangan ini! Ternyata semakin mendekat ke landasan, saya tahu apa alasan dari hal-hal tersebut. Pertama, kumpulan massa tersebut sedang bersiap menyambut kita, atlet-atlet dari luar kota, yang bertanding di kota kecil tersebut. Sontak, saya dan teman-teman serasa dielu-elukan sebagai juara Olimpiade saja J.
Seketika, perasaan bangga tersebut sirna ketika pesawat sedang mendaratkan rodanya ke landasan, seketika pula mesin pesawat mengeluarkan percikan api. Setelah saya perhatikan, hal tersebut karena landasan pesawat begitu pendeknya sehingga pesawat tampak seperti harus melakukan pengereman mendadak, sebelum berujung pada tebing-tebing gunung yang bisa menjadi “emergency safety” setiap saat. Walah, pantas saja mobil pemadam kebakaran pun siap menyelamatkan kita L.
Saking kecilnya lintasan bandara, shuttle bus yang kita tumpangi ketika turun dari pesawat dan menuju ke dalam gedung bandara (yang kecilnya tak lebih besar dari ukuran 1 kolam renang), kita harus berbagi jalan dan berada di belakang iringan gerobak motor yang membawa koper-koper kita.
Dan pantas pula ketika mendarat kita langsung disambut jepretan wartawan lokal serta diberikan jamuan selamat datang. Mungkin karena kita telah berhasil melewati “jamuan” selamat datang ala Kalimarau J .
Asumsi saya mengenai pendeknya landasan bandara Kalimarau tersebut benar adanya. Ketika kita hendak meninggalkan bandara, pesawat harus berputar-putar sekurangnya 2 kali untuk memanaskan mesin dan menambah kecepatan pesawat di tengah pendeknya lintasan pesawat!!!!
Sekali lagi, tebing-tebing gunung siap menjadi “emergency safety” landasan tersebut, alamak!
www.ranggayudhika.multiply.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H