Kesehatan mental merupakan suatu hal yang sangat penting kita perhatikan karena mental manusia merupakan bagian penting dalam diri manusia namun terkadang kita tidak memerdulikan kondisi mental kita karena faktor-faktor internal ataupun eksternal khusunya karena kita baru keluar dari masa pandemi dimana kesehatan mental menjadi salah satu hal yang perlu dijaga dan harus kuat. Namun sebenarnya apa itu mental? Apa yang akan terjadi jika kita tidak menjaganya? Dan bagaimana cara-cara menjaga kesehatan mental?
Mental merupakan segala hal yang berkaitan dengan batin dan kepribadian manusia. Jadi bisa disimpulkan kalau Kesehatan mental adalah kondisi ketika batin dan kepribadian manusia dalam keadaan normal sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik dan lancar.
Menurut CDC (Centers of Disease Control and Prevention), kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial manusia. Dengan kesehatan mental yang baik seseorang dapat menghadapi segala rintangan hidup dengan baik dan lancar. Namun realita mengatakan kalau kesehatan mental manusia yang tidak baik khususnya selama masa pandemi. Kesehatan mental yang kurang baik dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pemasalahan mengenai kondisi kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor internal ataupun eksternal. Beberapa contoh faktornya adalah sejarah hidup khususnya munculnya trauma karena adanya pelecehan sejak kecil. Data dari NCANDS (National Child Abuse and Neglect Data System) mengatakan kalau pada tahun 2020 terjadi 3,1 juta kasus pelecehan anak di US.
Pada tahun 2020 terjadi penurunan kasus dari 3,4 juta pada tahun 2019. Dari 3,1 juta kasus yang ditemukan 76% dari korban terkenal pelecehan anak, 16,5% dari korban terkena pelecehan secara fisik, 9,4% dari korban terkena pelecehan seksual, dan 0,2% dari korban dijadikan alat untuk perdagangan seks. Meskipun jumlah korban berkurang, 3,1 juta merupakan jumlah kasus yang sangat besar dan 1 kasus bisa saja melibatkan puluhan atau ratusan anak. Di US sebanyak 39.000 anak dirawat di tempat rehabilitasi.
Lewat satu hal ini dapat terlihat kalau pelecehan masa kecil dapat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang yaitu salah satunya mengalami trauma dari masa kecil.
Selanjutnya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang ditinggali oleh seseorang bisa mempengaruhi mental seseorang. Faktor Lingkungan itu sendiri ataupun dari masyrakat atau orang di lingkungan tersebut. Masalah yang sering muncul dari faktor lingkungan itu sendiri adalah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), hal ini sering menjadi masalah bagi anak-anak yang tinggal di daerah yang kurang baik kondisi sosial atau ekonominya.
Dikutip dari BBC, Direktur UNICEF, Manuel Fontaine mengatakan kalau anak-anak menjadi sasaran serangan dalam sebuah peperangan. Hal ini bisa menyebabkan seorang anak untuk mengalami PTSD sehingga kondisi mentalnya kurang baik. Misalnya seperti daerah Ukraina Timur sekitar 220.000 anak harus hidup di daerah bekas peperangan masa lalu dimana masih tertanam ranjau-ranjau dan senjata peledak lainnya. Hal ini membuat anak menjadi takut untuk keluar rumah sehinga kehidupan sosialnya itu kurang baik dan kehidupan sosial yang kurang baik berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.
Selain faktor dari lingkungan sendiri, juga ada faktor dari orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Ini bisa berasal dari masyarakat atau keluarga. Biasanya faktor masyarkat dan keluarga akan berujung pada stress. Stress adalah kondisi ketika terjadi reaksi berlebihan dalam tubuh kita ketika sedang mengerjakan sebuah tugas atau menghadapi sebuah ancaman. Mengutip dari halosehat.com, stress bisa menyebabkan jantung berdebar dengan cepat, otot tubuh tegang, tekanan darah meningkat, atau napas menjadi lebih cepat. Reaksi ini disebut "fight-or-flight".
Stress merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum dalam masyarakat, khusunya bagi remaja dan anak-anak atau para pelajar. Pelajar sering mengalami stress dari sekolah dengan tugas-tugas yang banyak atau dari keluarga dimana orangtua memaksa anaknya untuk mendapat nilai bagus dan jika tidak akan diancam dengan metode tertenu. Hal ini akan menambah tekanan terhadap anak sehingga bisa menuju stress hingga kemungkinan bunuh diri.
Salah satu contoh kasus stress adalah sebuah penelitian mengenai tingkat stress siswa di sekolah yang menerapkan Full Day School di SMP Negri 6 Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat stres siswa pada sekolah dengan sistem full day school bahwa dari 100 sampel siswa 60 (60%) siswa mengalami stres ringan, 39 (39%) siswa mengalami Stres sedang dan 1 (1%) mengalami stres berat.