Lihat ke Halaman Asli

Rangga Aris Pratama

ex nihilo nihil fit

Karomah Makam Bertaji

Diperbarui: 30 Mei 2022   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://seruni.id/5-penyebutan-perempuan-dalam-masyarakat-jawa-beserta-filosofinya/

Begitu lengang, bahkan suara jangkrik pun tidak terdengar. Hanya gelap dan suara detak jantung yang semakin nyata dan suara nafas terengah-engah. Sarto berjalan sambil tergesa gesa.

Rupanya ia sadar bahwa perjalanannya sudah semakin jauh, sepi jadi pertanda bahwa dirinya sudah masuk ke hutan dalam.

Kembali bukan pilihan, sarto tak sudi menjalani nasib seperti yang sudah-sudah.

Pelataran candi terlihat dengan bantuan sinar rembulan, makam keramat itu semakin dekat.

Entah berapa demit dan pocong yang telah berpapasan dengannya dalam perjalanan. Sarto tak perduli.

"Apabila bulan baru terlihat di malam selasa kliwon, pergilah ke mandung".

Kata itu terpatri dalam otak sarto yang kalap setelah ikhtiarnya tidak membuahkan hasil.

Ceramah kiai monjo tak lagi membekas di ingatannya. Tauhidnya lengser saat wanita kesepuluh menolak cintanya.

Sarto nekat pergi ke makam nyai mandung untuk ngalap berkah.

Makam yang telah lama menyita perhatiannya sejak gadis pertama menolaknya dua tahun lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline