Lihat ke Halaman Asli

Rangga Aris Pratama

ex nihilo nihil fit

Cerpen: Televisi Sontoloyo

Diperbarui: 19 Maret 2022   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: freepik

Bagi orang dusun seperti saya menonton televisi adalah hiburan utama. Sebelum semua orang memiliki televisi mereka sendiri, orang-orang sering berkumpul di rumah saya menonton televisi.

Dikarenakan keluarga saya diwarisi televisi oleh leluhur alhasil rumah saya menjadi riuh ramai orang berkunjung. 

Saya gembira sekali karena rumah tidak sepi, saya memang suka ramai-ramai, bahkan saya sudi berhimpit-himpit dengan mereka sekedar memperhatikan ekspresi mereka menonton televisi.

Saya tidak mengerti arah pertunjukan yang mereka tonton di televisi, tapi saya mengerti betul bahwa mereka sedang marah, jengkel, memaki dan meneriaki tokoh utama sebagai seorang bodoh. 

Setelah acara televisi selesai dan simbok menunjukan gelagat mengantuk, mereka akan pamit pulang dan bersumpah demi padi-padi panenan mereka bahwa acara televisi itu benar-benar buruk dan mereka tidak akan kembali menonton-nya.

Tapi di hari berikutnya mereka datang lagi, melakukan ritual yang sama dan mulai marah, jengkel meneriaki bodoh dan bersumpah tidak akan menontonnya kembali, begitu setiap hari mereka habiskan untuk mengusir lelah sehabis bergulat dengan padi seharian.

Kemudian anak-anak mereka pulang dari kota dan akhirnya mereka mampu membeli televisi di rumah mereka sendiri-sendiri sehingga simbok tidak lagi dapat tamu.

Mula-mula simbok senang dengan situasi itu sebab tak perlu merebus kacang sebagai camilan, tapi setelah hari kedua simbok mulai malas menonton televisi dan memilih tidur. 

Aksinya tersebut tidak lain supaya simbok bisa bangun lebih pagi, simbok berniat mengejutkan mereka dengan menjadi orang yang pertama berada di sawah dibanding siapapun. Selepas subuh simbok akan cepat-cepat pergi ke sawah sebelum mereka semua pergi, dan dengan ramah akan menyapa mereka dari tengah sawah selagi mereka berduyun-duyun untuk berangkat.

Setelah simbok tidak lagi turut serta dengan saya menonton televisi saya mulai mencari-cari acara televisi yang cocok dengan selera saya, sebab tontonan yang selama ini kami konsumsi saya anggap tidak berfaedah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline