Lihat ke Halaman Asli

Rangga Aris Pratama

ex nihilo nihil fit

Makhluk Tamak Yang Namanya Tidak Boleh Di Sebut

Diperbarui: 19 Maret 2022   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

daniel-gregoire-tkr3hrdxdrk-unsplash-min

         1918, perang telah usai. Agenda – agenda tipu daya telah terlaksana. Prajurit-prajurit yang selamat kembali ke dalam pelukan wanita mereka membawa pulang birahi yang meledak-ledak.

Meninggalkan kengerian medan perang yang dingin sekaligus panas oleh kobaran semangat menggempur.

Bunyi ranjau darat yang menyentak, bedil-bedil, kapal laut dan kapal udara dan meriam dan teng berdengung melipir menjauh. 

Seragam lusuh yang lekat dengan bau mesiu dan darah amis dari medan tempur di tanggalkan. 

        Dimasa damai laki-laki dan perempuan tidak saling memilih, hanya berjalan lurus membawa mata nyalang mereka kemudian mencumbu siapa saja dalam jangkauan.

Direngkuhnya wanita-wanita itu dengan hasrat yang menggunung seperti bisul yang siap meletuskan cairannya sampai muncrat dan meleleh. 

Seluruh negeri berpestapora. 

” Perang telah usai, perang telah usai ” seru hampir seluruh umat.

Euforia dan gelora jiwa terus saja mekar setiap kali membuka mata, bahkan mereka ingin lama-lama menunda tidur demi menikmati jagat ini sedikit lebih lama bersama martini dan lantunan jazz yang lembut. 

Musik-musik mengalun berputar-putar bahkan dalam kepala seorang bayi sekalipun. 

Terutama Jazz yang berkembang sangat pesat, melahirkan aliran irama baru yang segar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline