Lihat ke Halaman Asli

Mobil Sang Pejabat Tinggi

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini hanya mimpi. Mimpi di siang bolong seusai membaca sebuah berita di tanah air tentang para pemimpin lembaga tinggi negeri ini yang akan mendapat jatah mobil Toyota Crown Saloon 3000 cc yang harganya ditaksir sekitar 1.3 milyar perak per biji. "Nggak usah dibesar-besarkan karena itu sebagai alat untuk menjalankan tugas. Sudah selayaknya kami mendapatkan," kata Irman Gusman, Ketua DPD kita yang terhormat seperti dikutip di berita itu. Layak? Hebat!! Kenapa sih banyak pejabat kita suka enteng sekali mengeluarkan pernyataan seperti ini? Bagaimana tidak mau dibesar-besarkan, bos? Contoh keciiil saja. Pada hari yang sama dengan keluarnya berita tentang anda itu, media juga ramai memberitakan tentang seorang ibu yang sampai harus menelantarkan 4 anaknya yang masih kecil di kontrakan mereka karena takut dikejar tukang tagih hutang. Tidakkah batin anda menangis atau minimal merasa sedikit tercubit? Sedikitt saja, bos! Sedikit saja.. Maaf saya bukan pejabat tinggi karena itu mungkin ada hal yang tidak saya ketahui dari seluk beluk kehidupan "kepejabat tinggian". Mungkin memiliki mobil mewah itu adalah bagian dari peraturan protokoler kenegaraan untuk para petinggi. Mungkin sudah ada alokasi dananya atau mungkin ada kerjasama dengan pabrik mobil sehingga bisa dapat diskon super murah atau malah gratis. Mungkin. Tapi yang membuat semua peraturan itu bukan Tuhan, kan? Yah pada akhirnya saya hanya bisa ngomel sampai penat dan akhirnya larut dalam mimpi. Mimpi ketika di negeri ini para pejabat sudah sangat dicintai dan dihormati oleh rakyatnya sehingga mereka tidak lagi perlu simbol-simbol materi untuk menunjukkan bahwa mereka adalah seorang petinggi. Mereka pun tak perlu lagi berusaha berbaur dengan turun berbecek-becek dan berkumumuh-kumuh bersama rakyat biasa saat kampanye, karena mereka sudah jadi bagian dari rakyat. Mereka akan pakai mobil kelas rakyat kebanyakan yang cc nya lebih kecil sehingga tidak boros bahan bakar, lebih ramah lingkungan dan pastinya lebih murah harganya. Lagipula buat apa mobil ber cc besar kalau hanya untuk digunakan di dalam kota yang macet. Perawatan pun lebih murah karena suku cadangnya bisa didapat dimana-mana. Semua "alat menjalankan tugas" itu dikembalikan lagi ke fungsi semula, yaitu hanya alat, bukan untuk simbol kenegaraan apalagi gengsi, karena simbol -apalagi gengsi- itu sudah otomatis melekat pada diri mereka saat mereka dipercaya rakyat untuk membimbing ke kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu, mau pakai mobil kijang, yang keluar dari garasi rumah sederhana di kompleks perumahan biasa, dengan bersepatu Cibaduyut, baju batik Pekalongan dan tas kantor buatan Tajur Bogor,  semua itu tidak akan mengurangi kewibawaan mereka karena simbol itu sudah melekat pada diri mereka. Pada mereka! Bukan pada apa yang mereka miliki! Kalau sudah begini, siapa yang mau membesar-besarkan masalah? Bukankah mereka sendiri sudah besar! Sekali lagi, ini hanya mimpi dan mungkin para petinggi itu akan terbahak membacanya. Tapi kalau anda mau ikut bermimpi ya silahkan. Siapa tahu kelak ada diantara anda yang akan jadi pengambil keputusan tinggi di negeri ini, dan semoga ketika saat itu tiba anda pun akan teringat mimpi kita ini dan menjadikannya kenyataan dan bukannya malah ikut arus seperti yang terjadi sekarang, dengan dalih "Ya sudah diberi, saya terima saja!".. Tabik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline