Lihat ke Halaman Asli

Randy Tirto

Mahasiswa

Mengungkap Peran "Pasaran Jawa" Pada Masyarakat Kab. Nganjuk, (5 Mahasiswa UM Lolos Pendanaan PKM)

Diperbarui: 9 Agustus 2023   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawancara dengan pedagang di pasar Wage dan Brebek (foto dok. pribadi)

[Malang], [9 Agustus 2023] - Kabar bahagia telah menyelimuti lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam tim "Pasaran Jawa". Bagaimana tidak, proposal riset berjudul "Eksistensi Hitungan Pasaran Jawa Pada Pasar Tradisional Terhadap Ketahanan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Nganjuk" berhasil meraih pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) skema Riset Sosial Humaniora (RSH) 2023 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pembangunan dan Kemahasiswaan secara nasional (Ditjen Belmawa).

Anggota tim penelitian ini terdiri dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB). Nama-nama mahasiswa tersebut adalah Halimah dari Prodi S1 Pendidikan IPS, Desta Nuraliza dari S1 Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan, Randy Tirto Buana dari S1 Pendidikan Geografi, Risa Khusnul Khotimah dari S1 Geografi Fakultas Ilmu Sosial, dan Eka Purwati dari S1 Pendidikan Tata Niaga Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tim penelitian ini dibimbing oleh Agung Wiradimadja, S.Pd., M.Pd dosen Fakultas Ilmu Sosial.

Keberhasilan dalam meraih pendanaan PKM tersebut tidak terlepas dari kemenarikan topik riset yang diangkat yaitu tentang budaya "Pasaran Jawa". Lebih lanjut, penelitian ini melibatkan masyarakat, pedagang, dan konsumen di beberapa pasar tradisional Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Fakta lapangan menunjukkan masyarakat setempat masih mempertahankan kebiasaan dan tradisi yang telah ada selama bertahun-tahun, salah satunya adalah penggunaan "Pasaran Jawa" dalam menentukan hari baik untuk aktivitas jual-beli di pasar tradisional. Kepercayaan ini menjadi landasan bagi lima mahasiswa yang berdedikasi untuk meneliti lebih lanjut peran tradisi "Pasaran Jawa" dalam upaya ketahanan ekonomi masyarakat di pasar tradisional Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana tradisi "Pasaran Jawa" memengaruhi upaya ketahanan ekonomi masyarakat di pasar tradisional Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dalam tradisi Jawa, "Pasaran Jawa" diyakini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan dan keberhasilan dalam transaksi bisnis.

Tim peneliti melakukan pengamatan lapangan, wawancara, dan pengumpulan data yang cermat dari para pedagang dan konsumen. Proses terjun ke lapangan memperkaya pengetahuan mengenai praktik dan kepercayaan serta mengidentifikasi pola dan pengalaman yang berkaitan dengan penggunaan "Pasaran Jawa" dalam aktivitas jual-beli. Selain itu, data tentang pertumbuhan ekonomi lokal, kestabilan pasar, dan dampak sosial dan budaya juga akan dikumpulkan untuk melengkapi pemahaman tentang upaya ketahanan ekonomi masyarakat.

Saat melakukan penelitian, tim peneliti melakukan wawancara pertama di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Nganjuk. Menurut Koordintor sub bagian Pasar Dinas, Erfin Junaedi, S.E., M.M, beberapa pasar tradisional masih mempertahankan pasaran Jawa dalam operasionalnya. "Pemberian nama pasar di Kabupaten Nganjuk tersebut berdasarkan hari pasaran Jawa seperti pasar Wage karena saat pasaran Wage ramai pembeli dan banyak pedagang dari luar Kota. Selain itu juga, pasar Brebeg yang ramainya saat pasaran Kliwon, pasar Warujayeng ramai nya pada hari Pahing serta masih banyak lagi pasar tradisional lainnya yang menerapkan hitungan pasaran Jawa," paparnya.

wawancara dengan bapak Erfin Junaedi, S.E., M.M beserta staff koordinator Pasar Disperindag Kab. Nganjuk (foto dok.pribadi)

Hal tersebut selaras dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan salah satunya Khoiruzi, Akhmad (2023) tentang perhitungan pasaran Jawa dalam aktivitas bisnis, bahwasannya setiap hari pasaran memiliki makna yang berbeda-beda sehingga para pedagang bisanya akan berjualan di hari pasaran tertentu seja.

Misalnya, pada Pasaran Legi, yang dikaitkan dengan kebijaksanaan dan kelembutan, pedagang cenderung menjalankan praktik bisnis dengan penuh perhatian dan kehati-hatian. Sementara pada Pasaran Kliwon, yang dikaitkan dengan energi dan kreativitas, para pedagang cenderung mengadakan acara promosi atau menawarkan produk baru untuk menarik minat konsumen.

Lebih lanjut lagi, tim peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa pedagang di Pasar Brebek, Pasar Wage, dan Pasar Warujayeng untuk menemukan data empiris terkait hitungan pasaran Jawa tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline