Lihat ke Halaman Asli

Si Anjing

Diperbarui: 25 Desember 2022   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku teriak namun tidak bersuara
Karena rantai besi di leher ku
Rantai yang tak terlihat, namun menyesakkan
Bergerak, namun terbatas

Kandang besi yang kasat mata
Namun jaraknya selalu didepan mata
Melihat indahnya dunia dari sana
Namun leher terikat tak berdaya

Kandang yang empuk
Namun serasa begitu keras dan tak nyaman
Makanan yang hangat
Namun serasa dingin dan tak terangan
Kenikmatan yang hampa, hanya ilusi belaka

Apa aku adalah anjing rumahan?
Atau akulah anjing tahanan
Diberi makan, diberi aturan
Seolah anjing yang bertuan.

Namun

Bukankah anjing itu cerdas?
Bukankah anjing itu perhatian?
Bukankah anjing itu melindungi?
Dan, Bukankah anjing itu bebas?

Akulah anjing.
Anjing yang seharusnya mendapatkan semua itu
Mendapatkan apa yang aku inginkan tanpa ada anjing anjing lain yang merebut nya
Oh, maksudnya tuan tuan ku yang merebutnya.

Akulah anjing.
Anjing yang menginginkan kebebas
Menggigit dan berlari, dan kugibaskan ekorku
Menggonggong dengan bebas
Sebebas bebasnya tanpa terikat tuanku

Namun apa daya karena aku anjing
Aku teriak namun tidak bersuara
Karena rantai besi di leher ku
Rantai yang tak terlihat, namun menyesakkan
Bergerak, namun terbatas

Kandang besi yang kasat mata
Namun jaraknya selalu didepan mata
Melihat indahnya dunia dari sana
Namun leher terikat tak berdaya

Kandang yang empuk
Namun serasa begitu keras dan tak nyaman
Makanan yang hangat
Namun serasa dingin dan tak terangan
Kenikmatan yang hampa, hanya ilusi belaka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline