Lihat ke Halaman Asli

"Ibu Anda Perlu Cuci Darah..."

Diperbarui: 10 September 2018   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Go-dok.com

Pada tahun 2012, saya sedang menjalani stase Koas (dokter muda) pertama saya, yaitu Ilmu Penyakit Dalam. Pasien pertama rawat inap saya adalah seorang wanita berusia 60an tahun dengan pneumonia (infeksi paru) dan chronic kidney disease (gagal ginjal kronik).

Sebagai pasien pertama tentu saja pasien ini sangat berkesan untuk saya, dan saya pun berusaha sebaik saya dalam merawat Ibu tersebut.

Akan tetapi Ibu tersebut kian hari semakin lemah dan mengalami perburukan kondisi ginjal.

Pada saat itu, diputuskan untuk melakukan hemodialisa (cuci darah).

Saya dan dokter konsulen saya berusaha menjelaskan bahwa kondisi ginjal ibu semakin buruk, yang bila tidak dicuci darah maka racun akan semakin menumpuk dalam darah dan dapat menyebabkan Pasien menjadi tidak sadarkan diri.

Saat itu, baik Ibu maupun anak pasien langsung menolak untuk dilakukan cuci darah. 

Mereka menolak Cuci darah dengan alasan, bila di cuci darah maka akan ketergantungan dan melemahkan kondisi tubuh Ibunya.

Sebagai informasi Ibu ini memiliki 7 orang anak, dan setiap hari yang menemani Ibu ini di RS adalah anak nomor ke 6.

Saya setiap hari berusaha meyakinkan bahwa cuci darah merupakan salah satu pilihan terapi terbaik untuk ibu tersebut.

Akhirnya ibu tersebut mengatakan sesuatu yang membuat saya tersentuh.

"Dok, saya percaya dengan dokter, karena dokter selalu merawat saya. Kalau memang cuci darah adalah pilihan terbaik, saya mau melakukannya, saya sudah anggap dokter seperti anak saya sendiri. Tapi dok, andaipun saya mau untuk cuci darah, anak-anak saya harus setuju semua untuk cuci darah. Kalau tidak, mereka pasti menolak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline