Saya pernah bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Merasakan rutinitas kemacetan di ibukota merupakan salah satu hal yang membuat saya tidak betah untuk tinggal di Jakarta dan memutuskan untuk pindah ke kota lain. Namun karena jakarta merupakan pusat bisnis dan pemerintahan, tak bisa dihindari untuk beberapa kali setiap bulan, karena urusan pekerjaan, saya harus mengunjungi kota tersebut dan kembali bersahabat dengan kemacetan disana.
Kemacetan di jakarta merupakan polemik bagi masyarakat dan pemerintah. Banyak kerugian yang ditimbulkan, sehingga solusi dan tindakan yang serius sangat diperlukan untuk menanggulangi masalah nomer 1 di ibukota ini. Bila kemacetan yang sudah dianggap wajar ini dibiarkan, maka dipastikan kota Jakarta akan terjebak menjadi kota gagal atau kota mati di masa depan.
Beberapa hal telah menjadi faktor penyebab dan efek dari kemacetan di Jakarta. Bahasan tersebut membuat saya tergelitik untuk mencari lebih detail mengenai data yang berhubungan dengan masalah kemacetan yang tak habis untuk dibicicarakan. Berikut data yang diperoleh:
1. Data Jumlah Peningkatan Kendaraan.
Jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan jumlah jalan dan infrastruktur di jakarta merulakam salah satu penyebab utama kemacetan di Jakarta. Polda Metro Jaya melaporkan bahwa terjadi penambahan sekitar 1 juta unit kendaraan pribadi (Mobil) setiap tahun nya. Pada tahun 2015 jumlah mobil berada pada angka 10.4 juta unit, lalu naik menjadi 10.9 juta unit pada tahun 2016. Kemudian, baru sampai bulan Februari 2017, angka tersebut naik kembali menjadi 10.95 juta unit. Kenaikan tersebut sejalan dengan peingkatan penjualan mobil/tahun yaitu 1 juta unit pertahun seperti yang dilaporkan GAIKINDO.
2. Data Polusi
Efek dari kemacetan itu sendiri adalah polusi atau pencemaran udara yang berasal dari asap kendaraan. Greenpeace Indonesia melaporkan polusi di Jakarta pada tahun 2016 berada pada level 4.5 kali ambang batas yang ditetapkan WHO. Data dari BPLHD DKI memperlihatkan bahwa pada udara Jakarta terdapat Nitrogen Dioksida, Hidrokarbon non Metana dan Karbon dioksida yang berada dibawa ambang baku mutu kualitas udara. Balitbangkes Kemenkes menyatakan bahwa polui di Jakarta mencapai taraf berbahaya.
3. Data Kesehatan
Polusi udara akan berdampak pada kesehatan masyarakat Jakarta. Dr. Budi Haryanto,SKM,MSPH,MSC. seorang peneliti kesehatan lingkungan di UI menginformasikan bahwa penyakit yang diderita warga Jakarta akibat polusi udara adalah 25.4% infeksi saluran pernafasan, 16% Jantung koroner, 12.6 % asam dan sisanya berupa penyakit pernafasan lainnya.
4. Data Kerugian Waktu
Kemacetan membuat banyak waktu terpakai tidak efektif di jalan. Hasil analisa INRIX, Amerika terhadap kemacetan jakarta menyampaikan bahwa warga Jakarta menghabisakan 55 jam dalam satu tahun berada di jalan karena kemacetan. Sangat disayangkan sekali, karena waktu tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk bekerja, berkumpul dengan keluarga atau bahkan untuk istirahat.