Pagi itu Cici si cacing tanah berjalan diatas tanah dengan muka yang cemberut. Nampaknya Cici sedang tidak bahagia. Kakek Uya sang kura-kura yang sudah berumur puluhan tahun melihat Cici yang sedang bermuka muram tersebut. Kakek Uya mendekati Cici dan menyapanya.
"Selamat pagi Cici, kenapa mukamu di tekuk seperti itu?" sapa ramah si kakek uya
"Aku sedang sedih kek!" Jawab Cici dengan menunduk
"Apa yang membuat kamu sedih Ci? Biasanya kakek liat kamu keluar masuk tanah dengan riangnya" Kakek Uya berusaha menyemangati Cici.
"Aku merasa, aku itu jelek kek dan tidak berguna. Aku tidak segagah Sumba si Kuda hitam, aku tidak Secantik Asih Si Cendrawasih, aku tidak pula seberwibawa Aum sang Harimau pemimpin kita. Aku pun tidak seberuntung Ulil si ulat hijau itu yang suatu saat akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan menawan. Aku hanyalah seekor cacing yang kotor dan dipandang jijik oleh semua nya" Kata Cici menyampaikan isi hati nya yang benar-benar sedih
Kakek Uya hanya tersenyum mendengar semua yang dikatakan Cici. Kakek Uya tidak mau melihat Cici bersedih, Kakek kemudian memandang Cici masih dengan senyuman nya yang hangat lalu berkata
"Kalau kamu mau, ikutlah bersamaku. Aku akan mengajakmu jalan-jalan" Kata Kake Uya
"Kemana kakek akan mengajakku Jalan-Jalan?" Cici yang penasaran kemudian mengangkat kepalanya melihat si Kakek Uya
"Aku ingin mengenalkan mu pada salah satu penghuni pinggir sungai di luar hutan ini" Jawab Kakek Uya
"Siapa kek? Bagaimana rupanya? Apakah dia baik? Apakah dia cantik?" Cici makin penasaran
"Sudahlah, ayo ikut bersama kakek. Nanti kamu akan tahu sendiri!" Jawab si kakek tersenyum melihat Cici yang penuh dengan rasa ingin tahu. "Ayo naiklah ke punggungku!"