Lihat ke Halaman Asli

Puisi-puisi

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak Berbalas

Dingin senyawa di malam merah tenggelam laksana langit tercerai

Terduduk bisu aku, tatap cakrawala hitam nan pekat

Tersadar oh tersadar…

Yang termanis tercuri dari kesepian malam terdingin

Tatkala aku menoleh, tersirat sebuah nama… hilang

Aku sedari termenung…

Jiwa hijau nan lugu lenyap sudah, waktu terlewat

Akankah terlihat?

Bagai gula dikerubung semut

Habis hilang, tersisa kosong

“Itu”

Andai “Itu” berputar

Coba “Itu” berubah

Sang Mawar merekah tersungging seribu aroma

Andai “Itu” bersatu

Coba “Itu” bertemu

Sang Lebah mencium hangatnya nectar merah

Andai “Itu” berputar

Andai “Itu” berubah

Hujan pun menangis bahagia seiring pelangi abadi

Hidup

Teng…teng… teng… denting emas rasuki pikiran

Tak ubahnya opium penyihir ribuan umat

Begitu pun dia ataupun Engkau

Panjatkan rasa seraya mengangkat

Sembari tengok, ternyata kecil mungil ya dia ataupun engkau?

Keluar lepas… hirup penantian sekian lama…

Ayahanda… ini Saya! Tak terlihatkah ?

Aku t’lah bebas! Aku lepas! Inilah awal !

Sakit perih campur senang, tak sia juang lama

Tidur tak tenang, makan pun waspada

Sadar waktu… sadar menit… sadar detik…

Ibunda… ini Saya! Tak terlihatkah?

Aku t’lah bebas! Aku bahagia! Inilah akhir!

Tinggalah secerca pesan kepada yang baru

Lanjutkan semangat ke medan jua

Kembali bila selamat, kabarkan saat gerbang menjemput

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline