Lihat ke Halaman Asli

Curcol

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sosokmu perlahan pudar bagaikan nodapelan tapi pasti meninggalkan kehidupan yang semula sempurna olehmugelak tawamu ta' lagi terngiang di sekitar gendang telingakusunyi mengukir rintihan di setiap dinding hatiku sirna rangkaian mimpi yang hendak kita ikatkan pada peraduankecewa menolak setiap simpuh pengampunan yang ku hantarkanperi kecilku terlunta-lunta bersama isak tangis karna setetes madu aku mencabut akar hatimu wahai sahaja berhati embun sampaikan maafku untuk laranyatuliskan sumpahku untuk kenangnyadan ku titipkan restu untuk bahagianyadi sana di ujung cakrawala sendiri ku tanam harapan sudi kiranya tebarkan senyum untuk memupuknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline