Semakin ku merayu egoku semakin pahit kopi yang ku kecap di lidahku
Ah dasar sunyi sialan aku bosan dengan resah yang kau sajikan
Aku ingin sedikit perubahan dalam budiku
ta' selamanya menjadi budak nafsu nakalku
Aku ingin menikmati gurihnya sanjungan di atas lidah para bangsat berbau mulut busuk
Lemah urat syrafku setiap detik mendengar ocehan kosong seperti sang pembual yang di sanjung sejuta umat,
Bergejolak api amarah membakar alam fikirku
Seolah ta' kuasa menahan gunjingan perih yang mencabik relung hatiku
Aku mohon sajikan secangkir saja arak pahit yang bisa aku teguk untuk memanjakan kerongkonganku dan agar aku bisa menghambar pada kenikmatan mabukku
Niscaya akan aku abdikan umurku untuk ku pahat prestasi di atas batu nisan petilasanku
Agar mereka tau ta' selamanya raga ini kotor masih ada tetes-tetes suci embuh fajar pemalu dalam diriku
Dan agar mereka mengerti setiap hembusan nafasku ta' tersia memuai bersama bayu pagi
Masih ada aroma kasturi yang tersusun rapi dalam pustaka kalbuku,
Ahhh,,, semakin pahit saja rasa kopinya saat hangat beranjak meninggalkan cangkir ini
sepahit nasip mantan santri pecandu nikotin ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H