Zeus yang sudah sangat mengenal area puri dimana ia pernah berkuasa, tentu tak kesulitan mencari paviliun mana yang dihuni Hannah. Sudah jelas, bagian mandiri bangunan puri yang terjaga ketat itu adalah tempatnya!
Melalui deretan pepohonan dan pagar hidup itu, Zeus tak menunggu waktu lama. Tak sedetikpun ia sia-siakan.
Mematahkan satu dua tulang saja tentu bukan masalah bagi Zeus yang terbiasa menaklukkan ular berbisa di Lorong Bawah Tanah. Begitu pula dengan leher beberapa penjaga malang yang tiba-tiba saja berbunyi 'krak' dan satu persatu jatuh ke tanah. Beberapa lainnya mencoba melawan makhluk aneh berlumur lumpur cokelat itu dengan senjata seadanya di tangan, namun tentu saja tak berdaya.
Jejak darah bercampur lumpur segera terbawa kaki-kaki Zeus masuk ke dalam kamar dimana seorang wanita di ranjang segera sadar dengan apa yang terjadi, dan apa yang 'tamu'-nya telah lakukan.
"A, a, apa yang kau lakukan? Siapa... apakah kau... Zeus?" Hannah terbata-bata, satu biji matanya yang tersisa seakan hendak keluar saat menatap kedatangan Dewa Pencabut Nyawa yang segera mengeksekusinya.
"Tentu saja akan melakukan apa yang kau idamkan selama ini, mati dalam tanganku!" Zeus segera menelungkupkan diri di atas Hannah, kedua tangannya erat-erat mencekik leher renta wanita yang pernah ia cintai itu.
"Sudah kuduga kau akan segera datang untukku! Dan tentu saja aku takkan menyerah begitu saja!" desis Hannah di sela-sela usaha perlawanannya. Kedua tangannya ikut mencengkeram leher Zeus yang sudah begitu kurus dan cokelat bagaikan fosil hidup itu.
Dan tak lama kemudian, perlawanan salah satu dari mereka telah usai.
***
Sementara itu, Emily menyelesaikan rentetan kalimat yang Earth titahkan untuk ia tulis di kertas kosong, yang kemudian pemuda itu segera ambil dan gulung untuk dimasukkannya ke dalam botol.