Earth sadar, ia tak boleh terlena berlama-lama menyamar sebagai Ocean. Cepat atau lambat ia akan segera dikenali entah oleh Sky ataupun siapa saja yang akan muncul. Mengambil keuntungan dari absennya Ocean yang asli, tak selamanya memberikannya kebebasan dan kenikmatan yang ia idamkan.
Bahkan ketika seseorang datang mengetuk pintu kamar, pemuda itu tersentak. Disuruhnya Emily yang masih berada di atas ranjang untuk bersembunyi, sementara tadinya ia hendak langsung membuka pintu itu dengan hanya celana pendek melekat pada tubuhnya.
Hampir ia lupa bila ada bekas-bekas luka di dada dan punggungnya yang bisa menimbulkan kecurigaan! Emily buru-buru melemparkannya selembar kimono tidur yang selalu ada di sofa tepi ranjang sebelum bersembunyi di balik bed cover tebal.
Tanpa suara, akhirnya Earth mengerti dan mengenakan kimono itu sambil membuka pintu dengan tenang.
"Kak, ayo kita turun ke dapur. Ada masalah. Sesuatu atau seseorang tak dikenal telah mengacak-acak dapur puri!"
Earth tampak terkejut. Namun ia segera tenang kembali, berusaha menjadi Ocean dalam situasi seperti ini.
"Aku akan segera ke sana."
"Baiklah. Hei, setelah itu kita ke istal menjenguk kudaku dan tahanan kita Hannah dan juga mengorek keterangan dari Lilian." Sky sedikit heran juga melihat mata panda di wajah kakaknya, "Omong-omong, kelihatannya kau sedikit kurang sehat semenjak kita turun dan kembali dari bawah tadi malam. Apakah kau baik-baik saja?"
"Ya, aku tak apa-apa, mungkin hanya sedikit lelah." ucap Earth, sambil memastikan bagian atas kimononya tertutup rapat.
"Dadamu kenapa, Kak?"