Bagai dalam adegan super lambat di film-film, lentera dengan lilin yang masih menyala itu terjatuh ke atas karpet tua yang kering. Tak ada bensin maupun minyak tanah, tapi persentuhan benda kering dan api itu cukup cepat memberi reaksi kimia yang diinginkan. Panas dan pembakaran segera terjadi, sementara Hannah tertawa-tawa seperti kehilangan akal sehat.
"Tak perlu menunggu hingga tanggal ulang tahun ketiga anak terkutuk itu! Lilin sudah dinyalakan dan semua sudah dimulai!
Pestanya sudah dimulai! Dan hari ini semuanya akan berubah menjadi tragedi, meskipun aku sudah mati..."
"Hannah, jangan!" Lilian berusaha lari menolong Hannah, namuh karpet yang mulai menyala-nyala di hadapannya dengan cepat dan kejam menghalangi.
Kakinya nyaris terbakar, namun Hannah seperti tak perduli. Terus tertawa jahat dan malah berdiri diam saja bagaikan senang sekali sebentar lagi akan terpanggang hidup-hidup bersama 'lilin kecil' yang ia nyalakan.
Hanya ada dua pilihan bagi Lilian; menyelamatkan dirinya sendiri secepat mungkin, atau ikut mati terpanggang di dalam rumah mercusuarnya sendiri bersama Hannah!
Sementara itu tak jauh dari sana Ocean sudah hampir tiba. Dari jarak yang semakin dekat ia sudah melihat sesuatu seperti kilau-kilau mencurigakan dari jendela-jendela menara. Seperti ada yang menyala dan juga berasap-asap.
Pemuda itu menambatkan kudanya Silver Sea di tambatan terdekat dan segera berlari untuk masuk. Panasnya api yang menyambut hampir menyentakkan tubuhnya.
"Lilian!" ia memanggil, berusaha mencari sosok dokter wanita tua itu di antara kobaran api yang semakin masif.
Ternyata Lilian masih berusaha meraih Hannah yang semakin dekat dengan kobaran api.