Sebenarnya ada yang lebih menderita daripada Earth. Sosok yang kini belum terungkap, bahkan lebih dalam dan kejam ditinggalkan dalam kelam.
Mungkin belum selama sang kembar tampan ketiga, masih sedikit lebih baru. Tepatnya, setelah ia menjadi hampir gila setelah kematian istrinya hingga tega mengutuki dan membiarkan anak bungsunya. Si 'pembunuh' ibu kandungnya.
Zeus.
Malam itu, Hannah yang sekarang terikat di ruang puncak mercu suar tanpa diberi sedikitpun makan dan minum jatuh tertidur dan bermimpi.
Bukan mimpi tentang makanan walaupun perutnya sangat lapar dan juga bibirnya sangat haus dan penuh darah kering yang ia sesekali telan sendiri. Ia tak perduli lagi dengan semua itu. Penderitaan yang telah ia rasakan selama puluhan tahun jauh lebih besar daripada fisiknya yang mulai layu.
Ia bermimpi tentang Zeus Calamity Vagano. Memutar ulang kisah lama seperti rol hitam putih di bioskop lawas.
Saat mereka pertama kali bertemu di kampus di Evermerika, Zeus adalah pemuda yang mempesona. Di sana ia tak menggunakan status bangsawan, jadi pada masa-masa awal perkenalan, semua berjalan seperti muda-mudi pada umumnya.
Mereka bertemu, berkencan, melakukan apa saja layaknya pasangan yang dimabuk asmara.
Zeus juga sangat yakin, Hannah kelak bisa menjadi pasangan hidupnya. Ia cukup cantik dan berasal dari keluarga berada, bila tak mau disebut kaya-raya. Keluarga besar Miles tentunya akan diterima dengan baik oleh keluarga besar Vagano, karena Zeus tipe pria bangsawan muda liberal dan berpikiran maju, bukan ningrat moderat-tradisional yang kaku.
Sayangnya, Hannah yang telanjur pamit dengan bangga dari hadapan keluarga besarnya untuk bertunangan dengan Zeus, tetiba mendapatkan penolakan dari keluarga besar Vagano yang tinggal di daratan utama alias mainland Everopa.