Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Kritik Saran Literatur Sesama Penulis: Do and Don't, Apa Saja?

Diperbarui: 4 Juli 2023   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kritik saran atau masukan atau komentar memang sangat diperlukan oleh seorang penulis fiksi maupun non fiksi dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu kepenulisannya. Akan tetapi, tidak bisa sembarangan atau begitu saja dilakukan.

Do:

1. Menyampaikan kritik dan saran secara pribadi apabila memang berkaitan dengan hal yang esensial (misalnya plot hole dan lain-lain). Mengapa? Agar komentar tersebut tidak menjadi spoiler serta unsur yang meragukan bagi calon pembaca lain yang belum membaca tulisannya. Juga tentu saja akan terkesan lebih respek.

2. Menyampaikan komentar dengan bahasa yang elegan, sederhana dan mudah dimengerti. Misalnya menanyakan hal rancu yang ditemukan oleh pembaca kepada penulis, tentunya sangat boleh. 

3. Komentar dan kritik saran yang membangun dan mencerdaskan sesama penulis dan pembaca, tentunya dibuktikan dan dijalankan terlebih dahulu oleh si pemberi kritik. Misalnya ingin mengkritik ejaan penulisan seseorang, rekan penulis yang mengkritik sendiri apa selama ini cara penulisannya sudah benar?

Don't:

1. Membandingkan olah kata/gaya penuturan si penulis dengan olah kata/gaya si pemberi kritik saran. Seperti yang pernah saya sebagai penulis alami, seorang oknum penulis membuat iklan diri dengan alasan mengambil posisi sebagai editor dan berusaha membenarkan dengan gaya penulisannya sendiri. Sebenarnya itu bukan masalah utamanya, melainkan cara membenarkannya malah seperti berusaha menghilangkan ciri khas saya sebagai penulis aslinya. Dalam arti lain, seolah-olah ia yang ingin menulis ulang kisah tersebut untuk membuktikan bahwa diksi kepenulisannya sendiri sudah jauh lebih baik dan benar. Karena itulah ia ingin disebut dan diakui sebagai editor, bahkan mencantumkan nomor telepon. Padahal belum tentu hasil tulisannya sendiri sudah jauh lebih baik dan bisa diterima oleh pembaca asli saya.

Tidak ada benar-salah dalam seni apapun termasuk menulis. Yang mungkin ada hanya tepat dan kurang tepat.

Cara memperbaikinya juga bukan dengan menulis ulang sebuah kisah, bukankah itu sama saja dengan Amati Tiru Modifikasi? Lebih baik kritiklah dengan jalan memberi masukan saja, misalnya, Menurut pendapat saya, lebih baik gunakan kata .... daripada .... Hal itu akan jauh lebih elegan dan juga akan menuai respons positif dari saya dan pembaca saya.

2. Memajang kritik saran tersebut di sebuah grup literasi dalam rangka mencari dukungan jempol dan komentar pembenaran. Seorang penulis yang baik tidak akan melakukan hal tersebut, sebab akan menjatuhkan sesamanya dengan penggiringan opini. Bayangkan jika dirinya sendiri yang mengalami hal tersebut. Kira-kira, apakah akan bisa menerima?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline