"Anda harus menolongku, Ma'am! Sebab dunia ini , secara harfiah, sebenarnya berada dalam genggaman tanganku!"
Kenneth tak tahu mengapa ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepada wanita asing penyelamatnya, yang baru saja ia kenal. Ia teringat pada hal penting yang sedang ia kerjakan, sesuatu yang belum lama ini ditemukannya secara kebetulan. Ia merasa harus segera menunaikan tugasnya, jika tidak...
Wanita itu menggeleng, "Tidak mungkin, dan aku sama sekali tak mengerti. Apa maksud Anda, Tuan?"
"Aku sesungguhnya seorang dokter, ilmuwan yang secara rahasia turut bekerja sama dengan EHO, sayangnya vaksin untuk mencegah Octagon-33 belum sempat kami temukan dalam waktu sesingkat ini! Virus kali ini jauh lebih sulit dan ganas daripada Virus Hexa-19. Seiring penelitianku, aku berhasil menemukan antivirus sebagai pengganti peluru dan cara membunuh zombie! Seiring itu, kemarin aku bahkan menemukan suatu cara lagi untuk menghidupkan kembali zombie yang sudah mati! Hebat, bukan? Meskipun belum tentu benar-benar berisi jiwa yang sesungguhnya, mereka yang tewas mungkin masih bisa berguna bagi dunia ini entah sebagai apa. Mungkin malah nantinya bisa pulih serta kembali pada keluarga mereka masing-masing!" Kenneth, dalam rasa sakitnya, tertawa terbahak-bahak membayangkan terobosan yang ia temukan, "Beratus-ratus tahun belum pernah ada yang namanya ambrosia, obat panjang umur maupun obat dari penyakit bernama kematian, namun kemarin aku berhasil. Meskipun melalui perjuangan yang secara harfiah berdarah-darah, aku telah menghidupkan Lazarus!"
"Siapa dia, Tuan?"
"Well, mungkin Anda dan semua orang akan bergidik ketakutan melihatnya. Namun sesungguhnya ia putra pertamaku, my firstborn! Anda kuundang melihatnya, Ma'am! Semenjak Lazarus dan Sang Juruselamat, mungkin ia orang pertama di dunia zaman akhir ini yang berhasil 'kembali' dari Alam Maut!"
***
"Grace!" Orion akhirnya berhasil menyusul gadis remaja itu ke pelataran Lab Barn. Jarak dari tempat tadi mereka berada sebenarnya tak seberapa jauh, namun terasa begitu lama sebelum pemuda itu mencapainya. Ia harus bersusah payah menerobos semua penghuni kompleks yang melawan arus karena panik. Mereka yang masih hancur hati karena kehilangan besar, sudah harus didera ketakutan luar biasa sekali lagi. Horor di pagi hari menjelang siang!
"Lab Barn! Grace, where are you?"
Kelihatannya bangunan itu sudah hancur lebur, nyaris tak bisa dikenali. Hampir sama seperti kejadian di Chestertown, sang jago merah tampaknya sedang berpesta melalap bangunan raksasa yang terbuat dari kayu itu. Kebakaran itu tampaknya masih akan berlangsung hingga berjam-jam lamanya. Kepulan asap hitam membentuk awan tebal memenuhi udara, mengepul menutup sebagian besar langit Kompleks Delucas. Udara panas 'tak biasanya' menguar pekat, menyesakkan dada. Beberapa petugas perkebunan dan staf lab bekerja keras menyiramkan air dari perkebunan sebisa mereka dengan semua alat yang ada termasuk truk-truk tangki air ukuran sedang yang mereka miliki. Semprotan dari selang-selang mereka tampaknya masih kurang efektif. Alat-alat canggih pemadam api berbasis kimia yang digunakan para staf lab barn juga sama saja, nyaris tak berguna.